Jumat, 01 Januari 2016

Stranger in War Part-1

  Stranger in War adalah project Web Comic yang sedang digarap oleh Green Leaper. Mengingat Green Leaper masih belum pintar menggambar, dia memutuskan untuk mengupload naskahnya terlebih dahulu dalam bentuk cerita.

  Mengikuti kisah seorang laki-laki yang kehilangan ingatan. Hanya dibekali persenjataan yang dimilikinya dan keinginan kuat untuk menyelidiki apa yang terjadi, dia memulai perjalanannya untuk mencari tahu identitas dirinya di tengah-tengah dunia baru yang tak dikenalnya sambil mencoba selamat dari perperangan yang terjadi.

Selamat membaca!




****************
Stranger in War
Part-1
Aku, Amnesia, dan Kehidupan Baru

  Ugh... Kepalaku terasa sangat sakit... Aku tidak ingat apa yang terjadi, aku tidak tau aku dimana sekarang. Aku begitu sangat kebingungan dan dibanjiri begitu banyak pertanyaan dan aku sedang tergantung di pohon! Ugh... Kenapa parasut miliku tersangkut di pohon? Kenapa aku bisa berada di tengah-tengah hutan?

Aku melepaskan diriku dari parasut sehingga aku jatuh ke tanah. Aku cukup beruntung pohonnya tidak cukup tinggi tetapi kepalaku berdarah DAN SAKIT! Aku melihat sekelilingku... Seingatku ada sesuatu miliku yang... Mungkin jatuh di sekitar sini. Aku tidak tahu apa, tetapi aku yakin begitu saja.

Aku akhirnya menemukan apa yang kucari! Senapanku! Kar-95... Ah... Aku sama sekali tidak ingat apa-apa tetapi aku sangat yakin senapan ini milikku. Aku memeriksa kondisinya, masih sempurna meskipun sedikit kotor karena tanah. Setidaknya scope senapanku tidak kotor dan tidak menunjukan tanda-tanda kerusakan.

Yah... Aku tidak tahu bagaimana caranya aku bisa ada di sini ataupun siapa namaku. Kurasa mungkin aku lebih baik mencari orang lain dan mulai bertanya. Tetapi dimana aku bisa menemukan orang? Di sekelilingku adalah hutan yang sangat lebat dan semua pohon terlihat sama! Mencoba mencari tempat tinggipun akan sia-sia karena pepohonan ini semuanya hampir sama tingginya.

  Sementara aku sedang sibuk memikirkan cara untuk keluar dari sini, aku mendengar suara hentakan kaki kuda yang semakin dekat. Suaranya semakin mendekat dan aku mulai mendengar suara rumput yang berserakan disertai guncangan tanah yang lumayan kuat.

Saat aku mendengar raungan kuda di belakangku, aku langsung tiarap di tanah. Ada sekelompok orang berkuda melewatiku. Tetapi salah satu dari mereka jatuh hingga mereka terpaksa berhenti.

Sekilas, separuh dari mereka tampak seperti ksatria abad pertengahan. Separuh dari mereka terlihat seperti orang biasa tetapi membawa pedang atau pisau kecil. Mereka memiliki 1 kesamaan; pada pakaian yang mereka kenakan terdapat sebuah logo perisai dengan 2 pedang bersilangan di depannya.

Aku masih bisa merasakan guncangan yang kuat dan bahkan terasa semakin kuat. Aku juga mulai mendengar suara hentakan kaki yang sangat besar. Entah makhluk apa yang bisa membuat suara seperti itu tetapi aku yakin pasti sangat besar sampai bisa membuat suara sebesar itu dan juga guncangan yang kuat.

Tiba-tiiba saja ada... Sesuatu yang sangat besar lewat tepat di atasku. Dia tidak terbang! Ini adalah makhluk berkaki empat yang sangat besar! Aku berani bersumpah, aku tidak pernah melihat makhluk ini. Makhluk ini meraung. Raungannya sangat kuat hingga telingaku terasa sakit mendengarnya.

  "Sial! FORMASI! KEPUNG DIA! INGAT! MATANYA! INCAR MATANYA!" teriak seseorang, kemungkinan dari kelompok yang tadi kulihat.

  Aku tidak mau terus-terusan berada di bawah makhluk besar ini. Jika orang-orang tadi membunuhnya, aku pasti akan mati tertimpa badan besar makhluk ini. Aku merangkak ke belakang sambil mencoba menghindari ekor berduri makhluk ini.

Sepertinya tidak ada satupun yang masih menyadari keberadaanku. Aku merangkak sedikit menjauh dari mereka lalu menaiki pohon untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas.

Meskipun sedikit terganggu dengan guncangan yang kuat, aku berhasil mendapatkan posisi bagus untuk menggunakan scope senapanku. Aku membuka penutup lensanya dan mulai mengobservasi apa yang terjadi.

Untuk pertama kalinya aku melihat wujud sepenuhnya dari makhluk besar itu. Seperti... Kelajengking raksasa hanya saja berkaki seperti ayam dan memiliki ekor panjang yang berbentuk lingkaran berduri di ujungnya. Ada 1 mata di tengah-tengah kepalanya tepat sedikit di atas mulutnya. Mengerikan...

Orang-orang yang tadi mencoba mengepungnya sambil menghindari ayunan ekor dan juga serangan capit makhluk besar tadi.

Menurutku makhluk raksasa ini sangat berbahaya. Aku mematikan keamanan senapanku dan mengambil posisi senyaman mungkin untuk menembak. Begitu aku merasa sudah nyaman, aku mulai menghitung jarak, ketinggian dan kecepatan angin.

Sasaranku hanya 1; mata di tengah-tengah makhluk tampaknya cukup lembek. Orang-orang yang tadi juga sepertinya mengincar mata itu tetapi kesulitan mendekatinya karena selain terlalu tinggi, makhluk raksasa ini juga selalu menyerang secara agresift ~ tidak memberikan mereka kesempatan untuk mencoba mendekatinya.

Aku mengendalikan nafasku dan berusaha untuk tidak bergerak. Amunisiku saat ini sangat terbatas dan aku juga tidak bisa mengingat apapun. Aku bisa saja meninggalkan mereka tetapi aku tidak bisa membiarkan mereka menjadi santapan makhluk raksasa itu.

DOR! Satu tembakanku melesat menuju target. Aku mengkokang senapanku lalu kembali membidik. Aku mendengar raungan yang sangat kuat dan darah keluar dari mata makhluk tersebut. Tembakanku mengenai sasaran. Tetapi entah kenapa orang-orang yang tadi sangat kebingungan, mereka melihat ke arahku.

Karena aku tidak terlalu jauh dari mereka, aku melambaikan tangan dari mereka dan turun dari pohon.

  Aku tidak tau jika mereka adalah lawan ataukah kawan tetapi mereka adalah satu-satunya orang yang kutemui di tengah-tengah hutan ini dan aku akan mengambil kesempatan ini untuk berbicara dengan mereka.

  "Ah... Halo! Aku sedang kesulitan di sini jadi bisakah kalian mem-"

Sebuah pedang langsung diacungkan di leherku. Aku berhenti bergerak dan menatap seorang ksatria perempuan berambut panjang yang ada di depanku. Ya, dialah orang yang mengacungkan senjatanya tepat di depan leherku.

  "Siapa kau?" tanya dirinya dengan sangat tegas dan serius
  "Ah... Sebenarnya aku juga tidak ingat..." jawabku
  "Hah?"

Aku bisa melihat dengan jelas ekspresi mereka yang sangat kebingungan tetapi pada saat bersamaan curiga. Aku menunjuk pada parasutku yang tergantung di pohon yang tak terlalu jauh. Mereka juga kelihatan sangat bingung melihat parasutku.

  "Ketika aku sadar, aku sudah tergantung di pohon itu. Aku juga tidak ingat apapun..." jelasku
  "Cukup Letnan..."

Seorang perempuan lain datang menghampiriku. Kali ini dia adalah orang berambut hijau pendek. Pakaiannya terlihat biasa saja tetapi dia mengenakan jaket lengan panjang. Sekilas, dia sepertinya yang paling muda diantara kelompok ini. Ada 4 laki-laki di belakangnya. 3 dari mereka mengenakan pakaian ksatria sementaranya yang satunya lagi mengenakan jaket sama seperti perempuan berambut pendek ini. Mendengar ucapan perempuan rambut pendek, perempuan ksatria tadi menjauhkan pedangnya dari leherku.

Huh... Apa ini seragam mereka? Apakah orang-orang yang mengenakan baju besi ksatria adalah pasukan barisan depan sementara yang hanya memakai jaket seperti... Pengintai mereka? Entahlah, aku juga heran kenapa tiba-tiba pikiran seperti itu terlintas di pikiranku.

  "Suara gemuruh petir yang tadi... Apa kau yang menyebabkannya?" tanya perempuan berambut pendek padaku dengan rasa penasaran
  "Gemuruh petir?"

Aku menunjukan senapanku pada mereka. Mereka terlihat bingung dengan senapanku. Aku tidak tau kenapa tetapi aku merasa seperti mereka sangat primitif... Seperti... Ketinggalan jaman.

  "Maksudmu Kar-95 ini?" tanyaku
  "Apa ini? Kayu yang diberikan sedikit besi?" tanya perempuan berambut panjang tadi
  "Apa benar kayu ini yang menyebabkan suara tadi? Apa kau ini penyihir?" tanya salah satu ksatria laki-laki
  "Tidak.. Ini adalah senapanku. Karbin-95. Aku sendiri tidak ingat apapun tentang senapan ini tetapi aku merasa jika ini adalah milikku" jawabku

Kelompok orang ini terlihat bingung tetapi pada saat bersamaan sedikit ngeri padaku. Kepalaku tiba-tiba terasa sangat sakit.

  "Kepalamu berdarah" ucap perempuan berambut pendek sambil mengeluarkan sebuah perban dari saku pada rimnya. "Jangan bergerak. Aku tidak mau hasilnya berantakan"

Aku berdiri diam di tempat sementara dia dengan cekatan membalut kepalaku. Balutannya sedikit ketat tetapi kurasa lebih baik seperti ini supaya darahnya jangan menetes kemana-mana.

  "Jadi... Siapa namamu?" tanya dirinya
  "Ahahah... Aku tidak tau" jawabku polos. "Sebenarnya aku sendiri tidak ingat apapun tentang diriku"
  "Amnesia?" tanya perempuan ini. "Kalau begitu... Bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan Lightshot saja?"
  "Aku tidak keberatan"

Perempuan in tersenyum padaku. Ligtshot ya? Tidak buruk juga. Aku tidak akan komplain karena aku sendiri tidak bisa mengingat apapun tentang diriku saat ini.

  "Terimakasih sudah menolong kami tadi Lightshot" ucapnya
  "Ya... Terimakasih... Erm... Apakah kalian tau jalan keluar dari sini?"
  "Ya, kami bisa mengantarkanmu keluar dari hutan ini. Tetapi apakah kau punya tempat untuk menginap atau dikunjungi?"
  "Tentu saja tidak... Tetapi kupikir keluar dari hutan ini adalah hal pertama yang harus kulakukan sebelum memikirkan hal selanjutnya" jawabku

Perempuan berambut pendek berpikir sesaat. Dia menjeling pada kelompoknya dan mereka hanya menggelengkan kepala mereka. Aku tidak akan mencoba menebak apa yang ada di pikirna mereka. Dia menarik napas sesaat.

  "Kalau begitu... Aku bisa membantumu sedikit tetapi dengan 1 syarat" ucapnya. "Kita tidak pernah bertemu dan kau tidak ingat apapun yang terjadi di sini"
  "Kau membuatnya seperti transaksi narkoba saja..." keluhku. "Baiklah. Kurasa itu bisa kulakukan. Ada lagi yang harus kuketahui?"
  "Ya, jangan pernah kembali lagi ke hutan ini. Terlalu berbahaya untuk kita semua. Kami akan membawamu pada Alicia. Dia yang akan mengurusmu"
  "Ah... Terimakasih. Sungguh! Aku berhutang budi!" ucapku
  "Anggap saja kita impas Lightshot"

************

  Kemudian... Orang-orang tak dikenal ini membawaku keluar dari hutan. Mereka semua bisa menunggang kuda tetapi aku tidak bisa sehingga kami berjalan dengan santai keluar dari hutan. Aku diberitau jika hutan tadi adalah hutan kematian; hutan yang dipenuhi oleh hewan buas yang mematikan.

Mereka membawaku hingga sampai di sebuah penginapan di tengah-tengah jalan yang kosong. Yang mengantarkanku sampai masuk ke dalam hanyalah laki-laki berjaket dari kelompok tadi. Di dalam penginapan tersebut, aku menemui seorang perempuan yang rambutnya sangat rapi. Dia gembira melihat kami.

  "Alicia" sapa laki-laki berjaket disampingku
  "GARET!!!"

Perempuan tadi berlari melompati meja yang sedang dibersihkannya. Langkahnya seperti anak kecil. Dia memeluk laki-laki berjaket di sebelahku dengan wajah yang sangat polos lalu memutarinya seperti anak kecil yang melihat ayahnya. Padahal jika dilihat lagi dari penampilan mereka, umur mereka sepertinya tidak berbeda jauh dariku... Mereka mungkin sedikit lebih muda dariku atau 20 tahun sepertiku.

  "Garet!!! Akhirnya kau mampir padaku! Apakah kau ingin melamarku?" tanya Alicia
  "Tidak... Aku tidak suka perempuan yang tidak waras. Pergilah saja kau ke lubang neraka" balasnya ketus
  "Kasarnya" balas Alice. "Tetapi aku SUKA!!!"

Garet menghela napas sementara Alice masih memutarinya dengan riang gembira seperti anak kecil. Garet menghentikan Alice dan memutar kepala Alice menghadapku. Keringat dingin mulai bercucuran dari dahiku.

  "Namanya Lightshot. Tolong urus dia... Ini adalah permintaan dari kau-tau-siapa" ucap Garet
  "Hah?!"  aku bingung dengan ucapan Garet barusan
  "Oooh! Kau memintaku untuk mengurusinya?" ucap Alice dengan nada kagum. "Baiklah! Aku akan mengurusimu mulai dari sekarang!"

Alice langsung menghampiriku dengan cara menjinjit lalu mengendus-ngendusku. Dia kemudian memelukku dan berputar-putar.

  "Uuuhh..... Permisi? Garet?" ucapku yang merasa sedikit terganggu dengan tingkahnya
  "Tenang saja, dia biasa seperti itu. Tolong jaga dia ya Lightshot"
  "Sebenarnya kau ingin aku menjaganya atau aku yang dijaganya?" keluhku
  "Dua-duanya"

Garet berjalan keluar dari penginapan. Alice masih belum mau melepas pelukannya. Aku hanya bisa diam sementara dia mengajukan banyak pertanyaan padaku. Sebelum aku bisa berbicara, dia sudah langsung bertanya pertanyaan yang lain.

Ya ampun... Apakah aku akan bisa hidup dengan orang ini? Maksudku... Lihat dia... Dia sedikit... Tidak normal kan? Yah, aku tidak boleh terlalu banyak komplain. Aku bahkan tidak bisa mengingat apapun dan aku sangat mengapresiasi setiap bantuan yang kudapatkan.

Bersambung
***************

Selanjutnya! Part-2!

  Dengan julukan baru; Lightshot, laki-laki tanpa ingatan ini memulai perjalanan hidup barunya sebagai pegawai di penginapan milik Alicia atau yang lebih sering dipanggil Alice. Bagaimanakah Lightshot menjalani kehidupan barunya tanpa ingatan?

3 komentar: