Minggu, 27 Maret 2016

Stranger in War Part-4

  Stranger in War adalah sebuah cerita fiksi yang mengisahkan tentang seorang laki-laki yang kehilangan ingatan dan berusaha bertahan hidup di lingkungan barunya. Bersama dengan teman-teman barunya, dia menemukan dirinya terjebak di tengah-tengah perperangan antara Resistance dan Empire.

Part sebelumnya, 

 

Stranger in War
Part-4
Aku, Empire dan Tawanan Perang!

  Kamp Diotne, kamp Empire yang merupakan salah satu titik masuknya bala bantuan Empire dari luar pulau. Berkat lambang Empire yang kumiliki, aku bisa masuk ke dalam kamp. Clivia masih mengira jika aku adalah rekrut baru.

Aku sebenarnya tidak ingin melakukan ini karena ini benar-benar tindakan yang sangat beresiko, tetapi demi mendapatkan kembali ingatanku aku rela mengambil resikonya.

Setelah sampai di dekat gedung yang mungkin adalah barak, Clivia memerintahkan sejumlah pasukan untuk membantunya membawa para pasukan yang mabuk masuk ke dalam barak. Aku juga ikut membantu. Tentu saja aku menjadi pusat perhatian karena aku tidak mengenakan seragam Empire sama sekali tetapi sepertinya tidak ada yang berani mempertanyakan kenapa aku di sini. Mungkin karena mereka melihat Clivia dari tadi terus-menerus memerintahku.

  "Rekrut!" panggil Clivia
  "Siap komandan!" jawabku yang baru saja akan mengangkat seorang pasukan mabuk
  "Ikuti aku"
  "Hah?" aku bingung sebentar
  "Diam dan ikuti aku" balasnya

Jujur saja, aku takut dengan tatapan mata "pembunuh" yang dimilikinya. Aku menganggukan kepalaku dan berjalan mengikuti Clivia sambil memperhatikan sekelilingku dengan rasa kagum.

Aku melihat banyak sekali kotak-kotak kayu berukuran besar dan juga pasukan Empire yang sedang memeriksa kotak-kotak tersebut. Sejauh ini dari yang kulihat isi kotak-kotak tersebut hanyalah persenjataan dan persediaan untuk perperangan. Tidak ada hal "aneh" yang terlihat. Aku yakin mereka menyimpannya di suatu tempat dan hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk.

Clivia membawaku masuk ke dalam sebuah gudang besar. Gudang ini dipenuhi dengan ribuan tumpukan kotak kayu tetapi ada sebuah kotak kayu yang sangat besar di tengah-tengah gudang. Sekelompok pasukan Empire terlihat sedang berjaga di depan kotak tersebut yang digembok dengan sangat ketat.

  "Ten-hut!" teriak salah satu pasukan Empire melihat Clivia. Dengan teriakan tegas itu, seluruh pasukan Empire langsung berdiri tegap.
  "Kapten, aku sudah menemukan 1 orang yang kosong" ucap Clivia menghampiri seorang ksatria Empire

Laki-laki kekar dan sedikit berkumis menatapku sesaat. Aku tidak memahami apa yang dimaksud oleh Clivia tetapi aku memahami laki-laki ksatria berkumis ini adalah seorang Kapten.

  "Apa dia... Rekrut baru?" tanya kapten pada Clivia
  "Begitulah. Aku juga baru melihat wajahnya di sekitar sini. Sudah pasti dia anak baru" sambung Clivia

Kapten berkumis ini datang menghampiriku. Aku tetap berdiri tegap sambil mencoba untuk tenang. Jika orang ini curiga aku adalah penyusup, aku benar-benar bisa mati di sini!

  "Komandan, apa anda yakin dia bisa diandalkan?" tanya Kapten pada Clivia
  "Kalau kau meragukan kemampuannya, biarkan aku menguji otaknya sebentar di sini" jawab Clivia

Clivia mengeluarkan salah satu pistol dan mengacungkannya padaku. Pistol itu! Nim-32 seri K! Kepalaku tiba-tiba terasa sakit tetapi aku mencoba untuk tidak menunjukannya pada siapapun. Aku ingat... Aku seharusnya memiliki salah satu dari benda itu juga tetapi aku tidak menemukannya.

  "Nim-32 seri K" gumamku

Pasukan Empire terlihat kebingungan sementara Clivia terkejut. Aku spontan menutup mulutku dengan kedua tanganku.

  "Kau... Mengetahui senjata ini?" tanya Clivia
  "Erm... Ya... Nim-32 seri K. Pistol semi-otomatis dengan berat 720 gram. Dikenal karena akurasinya dalam menembak dan-"
  "Cukup" sela Clivia

Clivia kembali menyimpan pistolnya ke dalam sarungnya. Pasukan Empire terlihat bingung mendengar penjelasanku tadi tetapi aku sangat yakin Clivia memahami sesuatu.

Saat ini, aku tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Jika pasukan Empire sangat kebingungan mendengar penjelasanku, itu berarti mereka tidak mengenal senapan yang kumiliki dan juga dimiliki oleh Clivia. Kesimpulan sementaraku adalah barang aneh yang dibicarakan oleh Alice sudah pasti bukanlah senapan seperti ini.

Aku maish belum bisa menarik kesimpulan apapun tentang Clivia ataupun ingataku yang hilang. Masih terlalu cepat tetapi aku sekarang yakin Empire tidak mengenal senapan jadi ada kemungkinan aku bukanlah bagian dari pasukan Empire dan itu berarti aku tidak harus melawan Violet.

Entah kenapa pikiran itu membuatku merasa lega... Aku juga tidak mengerti kenapa aku tidak ingin melawan Violet.

  "Jika kau bisa memahami senapanku, berarti kau bukanlah sembarangan orang" ucap Clivia. "Rekrut, mulai sekarang secara resmi kau berada di dalam unitku"
  "Komandan, bukankah anda harus membuat laporan terlebih dahulu?" protes salah seorang prajurit
  "Aku akan melakukan itu belakangan. Saat ini, kita harus mengantarkan isi kotak ini kan? Lagipula, kita sudah memiliki seseorang yang kemampuan otaknya mungkin di atas kita semua" jawab Clivia sambil memperhatikanku

Aku hanya menggaruk kepalaku sambil tersenyum.

  "Yah... Keputusan komandan itu mutlak" keluh Kapten. "Buka kotaknya dan antarkan isi kotak ini ke cell di bagian belakang"

Kapten melemparkanku sebuah kunci. Aku menangkap kunci tersebut dan membuka gembok kotak kayu. Ketika aku membuka kotak tersebut, aku hanya bisa terkejut dengan isi kotak ini... Tidak mungkin... Ini benar-benar salah!

  Kotak kayu besar ini ternyata berisi manusia yang masih hidup. Tetapi tangan mereka diborgol semua dan masing-masing borgol dihubungkan dengan sebuah rantai. Orang-orang ini bukan hanya para laki-laki saja, ada ibu-ibu dan bahkan anak-anak kecil.

Pakaian yang mereka kenakan sangat lusuh dan aku bisa melihat luka-luka memar pada sekujur tubuh mereka. Aku spontan melangkah mundur karena terkejut.

  "A-apa ini?" gumamku pada diri sendiri
  "Budak" jawab Clivia singkat
  "Hah?! Bukan tahanan perang?" tanyaku
  "Ya ampun... Apa yang kau pelajari saat di akademi Empire?" keluh Clivia. "Kita mengambil apa yang kita bantai. Orang-orang ini adalah rampasan perang pasukan Empire yang di luar pulau"

Aku kembali menatap para budak ini. Pasukan Empire memaksa mereka berdiri dan memerintahkan mereka untuk berbaris. Kapten sendiri yang memimpin barisan sementara aku dan yang lain hanya memperhatikan barisan untuk memastikan tidak ada yang mencoba untuk melarikan diri.

Tidak... Ini benar-benar salah. Aku mengerti jika semua hukum itu tidak ada artinya ketika api perperangan sementara berkobar tetapi tetap saja... Hatiku tidak tenang melihat kondisi orang-orang ini.

  "Untuk apa mereka mengirimkan para tahanan ini ke pulau ini?" tanyaku
  "Mereka bukan tahanan, mereka adalah budak" ucap Clivia. "Resistance mulai semakin ganas mengsabotase pembangunan Empire. Kita perlu tenaga tambahan untuk membantu perbaikan dan juga pembangunan"
  "Kerja paksa... ya?" gumamku
  "Begitulah. Sekarang cepat pergi ke belakang dan buka pintu cell mereka! Kau yang memegang kunci kan?"

Aku menganggukan kepalaku. Aku berjalan mendahului Kapten yang memimpin barisan menuju ke bagian belakang gudang.

Di belakang gudang ada semacam penjara yang sangat luas. Aku terpaksa membuka sel tahanan dan memasukan orang-orang ini ke dalam sel. Hatiku terasa sangat sakit ketika aku mendengar jeritan mereka memohon untuk tidak dimasukan.

Cih, andai saja jika aku bisa melakukan sesuatu untuk meringankan beban mereka... Aku tidak bisa diam. Hati kecilku terasa sangat tersiksa melihat kondisi mereka.

***********

  2 hari kemudian, aku ditugaskan untuk mengantarkan para tahanan menuju sebuah pos Empire yang berada di baris depan. Pemimpin untuk kelompok yang mengantarkan para tahanan sendiri adalah Clivia.

Aku masih tetap mengenakan pakaianku yang biasa tetapi aku diberikan sebuah pedang khusus untuk pasukan Empire. Beruntung Clivia tidak begitu peduli dengan apa yang kukenakan, selama aku tidak menentangnya.

Para tahanan dimasukan ke dalam kandang besi yang awalnya kukira dibuat untuk hewan kemudian kandang-kandang tersebut dimuat ke dalam kereta berkuda. Cara yang sangat tidak manusiawi menurutku tetapi aku tidak bisa melakukan apapun. Aku hanya bisa menjalankan tugasku menjaga kandang yang paling belakang yang hanya memuat 1 orang saja.

Orang yang kujaga ini adalah seorang perempuan berambut panjang berwarna kuning emas. Dia hanya diam membaca buku yang sama bahkan semenjak hari pertama aku melihatnya di kota Seaside. Dia sama sekali tidak berbicara ataupun memohon seperti tahanan lainnya. Dia hanya terus membaca buku tersebut.

Buku bersampul hijau gelap yang sangat tebal. Meskipun aku tidak begitu bisa membaca tulisan aneh yang ada pada sampulnya, buku itu adalah salah satu buku yang pernah kubaca di perpustakaan di Whiterun. Kalau tidak salah, buku itu tentang sejarah dan kepercayaan-kepercayaan kuno.

Aku memang bukan kutu buku, tetapi terakhir kali aku mencoba membacanya, terlalu banyak jargon di setiap halaman sehingga aku sendiri malas membacanya.

Konvoi kami beristirahat sebentar di dekat sungai. Di sinilah aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Empire memperlakukan para tahanan ini. Pasukan Empire mendapatkan makanan yang wow sementara para tahanan... Hanya diberikan air garam... Dan itupun hanya diberikan dalam jumlah sedikit.

  Para penjaga tidak boleh memberikan makanan selain air garam pada para tahanan sehingga aku tidak bisa memberikan jatahku pada para tahanan yang mereka sebut budak. Lagipula, jatahku juga tidak akan bisa memberi makan mereka semua.

Heh, beruntung kami beristirahat di hutan dan aku pernah membaca tentang sejumlah tumbuhan lokal yang bisa dimakan jika dipanaskan pada api. Di sekitar sini ada sejumlah tumbuhan yang dimaksud dan aku sudah meminta izin pada Clivia untuk membuat api. Dia setuju tetapi dia ingin aku melakukannya jauh dari tempat istirahat.

Aku pergi mengumpulkan buah-buah tumbuhan tersebut. Tidak terlalu jauh dari tempat kami beristirahat dan kemudian aku membuat api dengan menggunakan korek api yang kubawa. Setelah cukup panas, aku secara sembunyi-sembunyi membagikannya pada para tahanan termasuk tahanan yang kujaga.

Tahanan yang kujaga masih saja tidak berbicara sedikitpun dan terus membaca buku.

  "Kau benar-benar tertarik dengan sejarah dan kepercayaan-kepercayan kuno ya?" tanyaku 

Dia tidak menjawabku. Dia sempat melihatku sesaat tetapi kemudian kembali memfokuskan matanya pada buku yang dibacanya. Aku duduk di samping kandangnya. Yang memegang kunci adalah Clivia sendiri jadi kurasa aku tidak akan mendapat masalah duduk dekat dengan para tahanan.

  "Kau tau? Di pulau ini ada desa bernama Whiterun. Di sana ada perpustakaan yang sangat besar. Aku pernah membaca buku itu di sana" ucapku. "Tetapi terlalu banyak jargon di setiap halaman jadi aku malah sakit kepala membacanya hahahaha"

Dia masih tidak menjawabku tetapi aku yakin mendengarkanku. Kuharap aku bisa membawanya ke sana suatu saat. Tentu saja bukan sebagai tahanan, tetapi sebagai seorang perempuan yang bebas.

  "Tidak apa-apa jika kau tidak ingin berbicara denganku. Tetapi setidaknya tolong makanlah buah yang kusiapkan ini" ucapku mencoba membujuknya untuk memakan buah yang kusiapkan tadi
  "Whiterun..." ucapnya
  "Hmn?" aku mengangkat alis dan menoleh padanya
  "Apakah... Aku akan bisa ke sana?"
  "Ya... Akan kupastikan kau ke sana... Bukan sebagai sosok yang disebut budak, tetapi sebagai dirimu sendiri yang bebas" balasku

Dia menutup buku yang dibacanya lalu mengambil buah yang kusiapkan lalu memakannya. Aku bisa melihatnya tersenyum. Kasihan juga dia...

  "Boleh kutanya sesuatu?" tanya dirinya
  "Hmn?"
  "Namamu..."
  "Oh, yah... Kau tau... Aku sebenarnya juga tidak ingat apa-apa tentang diriku tetapi orang-orang memanggilku Lightshot" jawabku
  "Lightshot ya?" ucapnya. "Namaku Cerina Silverheart"

Aku menganggukan kepalaku mendengar nama itu.

  "Senang bisa berkenalan denganmu... Yah, walaupun aku berharap kita bisa berkenalan dalam kondisi yang lebih baik" ucapku
  "Sama" balasnya. "Kenapa kau melakukan ini Lightshot?"
  "Aku tidak bisa tinggal diam melihat kau dan tahanan lain seperti ini tetapi pada saat bersamaan aku juga tidak punya kekuatan apapun untuk membebaskan kalian... Jadi, aku melakukan apa yang kubisa untuk sementara"

Cerina menundukan kepalanya sesaat. Dia terlihat sedikit lega mendengar jawabanku. Wajahnya sedikit berlinangan air mata.

  "Ah, apa aku membuatmu menangis?" tanyaku
  "Tidak.." jawabnya sambil menghapus air matanya. "Aku hanya tidak mengira ada pasukan Empire yang sepertimu"

Aku memperhatikan sekelilingku untuk memastikan tidak ada satupun pasukan Empire lainnya yang memperhatikanku. Sepertinya tidak ada satupun pasukan saat ini. Aku memberi kode pada Cerina untuk mendekatkan telinganya.

  "Sebenarnya aku bukan pasukan Empire" bisiku
  "Eh?" Cerina kaget
  "Ya... Mungkin kau tidak percaya ini tetapi aku sebenarnya disangka sebagai salah satu dari mereka ketika aku sedang melakukan penyelidikan tentang ingatanku yang hilang"

Mendengar itu, Cerina berhenti makan. Dia terlihat berusaha sangat keras untuk menahan tawanya tetapi akhirnya dia tertawa sedikit juga. Beruntung tawanya tidak begitu terlalu keras. Aku hanya menggaruk kepalaku dan merasa sedikit malu.

  "Ya ampun Lightshot..." ucapnya. "Aku tidak tau apakah kau ini bodoh atau berani"
  "Yah... Aku tak keberatan disebut orang bodoh yang berani" jawabku
  "Hm" Cerina menganggukan kepalanya. "Terimakasih Lightshot"
  "Tunggulah sampai aku bisa membawamu ke perpustakaan Whiterun!" balasku

Aku memberikan jari kelingkingku. Cerina menganggukan kepalanya sekali lagi lalu dia memberikan jari kelingkingnya padaku. Aku pasti akan menemukan cara untuk menghentikan semua perbudakan ini dan aku akan menepati janjiku.

  Tiba-tiba Cerina mendorongku. Sebuah panah melesat tepat di depan mataku. Aku jatuh tetapi dalam waktu singkat berdiri lagi. Sejumlah orang bersenjata berlari keluar dari balik pohon dan rumput menyerang kami. Orang-orang ini adalah anggota Resistance.

  "Lightshot! Kau tidak apa-apa?" tanya Cerina
  "Untuk sekarang ya" jawabku. "Terimakasih Cerina!"

Sejumlah anggota resistance berlari menyerangku dengan pedang dan tombak mereka. Aku tidak mau melawan mereka dan aku juga tidak bisa melawan mereka jadi aku menghindari semua serangan mereka.

Aku bisa mendengar teriakan pasukan Empire dan Resistance yang sedang bertarung. Suara tembakan pistol milik Clivia juga bisa kudengar.

  "Hoi, tunggu dulu!" teriakku pada pasukan Resistance yang menyerangku
  "Cih, ada apa dengan orang ini?! 9 orang dari kita menyerangnya dan tidak bisa mengenainya!"

Aku tidak bermaksud sombong, tetapi dulu ketika aku kecil aku sangat ahli menghindari segala sesuatu... Termasuk tanggung jawabku juga.

  "Di belakang!" teriak Cerina memperingatiku

Sebelum aku bisa bertindak. Sebuah belati sudah ada tepat di depan leherku. Aku berhenti bergerak. Aku bisa mencium wangi yang sangat familiar.

  "Vi-violet?" ucapku
  "Hm? Lightshot?"

Violet menjauhkan belatinya dari leherku. Aku melihat ke belakang. Violet terlihat kebingungan kenapa aku bisa ada di sini. Pasukan resistance yang tadi menyerangku juga berhenti menyerangku.

  "Apa yang kau..."
  "Akan kujelaskan nanti! Untuk sekarang, tolong bebaskan para tahanan dan bawa lari mereka" selaku
  "Eh? Ah... Uhm... Baiklah" balas Violet

Violet dan sejumlah anggota Resistance membebaskan para tahanan dan melarikan diri. Aku mengikuti mereka. Tak lama kemudian, pasukan resistance yang tadinya menyerang semuanya juga melarikan diri.

Dengan cepat, pasukan Resistance membantu para tahanan masuk ke dalam kereta berkuda milik Resistance. Aku juga ikut naik kemudian kereta berkuda yang aku tumpangi mulai melaju dengan sangat cepat.

Taktik serangan kilat untuk membebaskan para budak ya? Huh... Seperti yang kuharapkan dari pasukan gerilya ini.

Violet kebetulan menumpang di kereta yang sama denganku. Dia menghela napas sesaat. Aku memperhatikan para tahanan yang dibebaskan. Mereka terlihat takut tetapi pada saat bersamaan bahagia.

Aku melihat-lihat para penumpang kereta. Ada sejumlah pasukan resistance lain dan juga ada Cerina di dalam kereta yang sama. Aku merasa lega.

  "Violet, terimakasih ya" ucapku
  "Hm? Untuk apa?"
  "Yah... Karena sudah menyelamatkan mereka"
  "Ayolah, itu bukan apa-apa... Berterimakasihlah pada yang lain juga" balas Violet. "Selain itu, kau akan menjelaskan kenapa kau bisa ada di sana kan?"

Aku menganggukan kepalaku pada perempuan berambut hijau ini... Sungguh, aku berhutang padanya. Karena Violet dan Resistance, aku bisa melarikan diri dari Empire juga. Jika tidak, mungkin aku akan menyiksa hati kecilku memperhatikan perlakuan kasar Empire pada para tahanan mereka.

Walaupun aku gagal menyelidiki barang aneh yang dibicarakan Alice, setidaknya aku mengetahui seseorang yang harus kuperhatikan mulai dari sekarang dan juga setidaknya para tahanan kini dibebaskan juga.

**************
Bersambung

  Episode selanjutnya, telah dirilis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar