Rabu, 11 Oktober 2017

Sacred Tree Part-1

  Episode sebelumnya,

  Sekali lagi, dunia terancam terlempar ke dalam api perang dunia yang ke-2. Di saat-saat yang sangat sulit seperti ini, dunia mulai berdoa pada para Dewi, memohon keselamatan mereka dan juga tidak pecahnya perperangan.

Pada saat bersamaan, "Pohon Keramat"; pohon suci yang digunakan oleh pahlawan terdahulu untuk menghentikan kehancuran dunia dari iblis mulai menunjukan reaksi yang aneh. Apakah ini sebuah pertanda akan datangnya bencana mahadashyat ataukah pertanda akan datangnya iblis sekali lagi ke dunia ini?

Ini adalah kisah tentang seorang pemuda; Hildegard Verena Tyn yang sedang menjalani pelatihan untuk menjadi Holy Priestess Dewi Kehidupan Felica di dunia yang akan segera mengalami kekacauan terbesar yang pernah ada.





******************
Sacred Tree
Part-1
Holy Priestess dan Demon Monarch

  Tyn membuka kedua matanya dan terbangun dari tidurnya. Dia menggaruk kedua matanya sambil menguap. Dia diam sesaat kemudian teringat akan kejadian yang menimpanya. Hal pertama yang langsung diperiksanya adalah barang yang dipercayakan oleh Holy Order padanya.

Dia melihat ranselnya ada di sampingnya. Dengan tergesa-gesa, tangan Tyn mulai menggapai ransel tersebut dan mengobrak-abrik isinya. Dia menghela nafas lega begitu melihat barang yang dipercayakan padanya masih ada di dalam ranselnya.

  "Itukah hal pertama yang kau khawatirkan?"

Mendengar suara Lilysha di belakang. Tyn dengan hati-hati menoleh ke belakangnya. Lilysha yang masih mengenakan pakaian biru gelap seperti biasa hanya sedang bersandar pada sebuah pohon sambil tersenyum menatap Tyn.

  "Lilysha?" gumam Tyn. "Ah, bukan... iblis!"
  "Hihihi, manisnya" balas Lilysha mengedipkan matanya. "Suka atau tidak suka, mulai sekarang kita bersama-sama"

Tyn menelan ludah. Dia memeluk erat-erat ransel miliknya dan mengambil tongkat sihirnya yang ada di samping ranselnya sambil memperhatikan Lilysha dengan kecurigaan.

  "Tenanglah sedikit manisku" bujuk Lilysha santai. "Aku tidak akan melakukan hal yang merugikanmu kok"

Tyn menggelengkan kepalanya. Dia sudah tahu jika iblis bukanlah makhluk yang bisa dipercaya. Perlahan, dia bangkit berdiri dan melangkah mundur menjauhi Lilysha selangkah.

  "Bagaimana jika kita membahas apa yang terjadi saat itu?" tanya Lilysha
  "Eh? Kurasa itu tidak perlu" balas Tyn mencoba tegas
  "Yaaah, terserah manisku. Tapi bukankah kau pikir ada yang aneh dari para bandit?"

Tyn menaikan alis matanya.

  "Mereka mengatakan untuk menyerahkan relik itu" ucap Lilysha

Tyn terdiam sesaat. Dia langsung menyadari jika selama ini, dia bahkan tidak tahu benda apa yang dipercayakan padanya. Memang dia sempat penasaran apa yang dia bawa tetapi dia tidak mau membuka isi kotak tersebut.

Membuka isi kotak tersebut berarti dia telah melalaikan kepercayaan yang diberikan oleh Reina padanya. Namun Tyn tidak akan berbohong pada dirinya sendiri; dia sangat penasaran apalagi setelah kejadian penyerangan bandit tersebut.

  "Aku tahu kau tidak pernah membuka apapun yang kau bawa itu, tetapi jika memang paa bandit mengetahui isi yang kau bawa itu, bukankah itu sedikit... aneh?"
  "Hmm, benar juga. Kurasa yang tahu akan isi kotak ini hanyalah archbishop dan bishop Reina sendiri" gumam Tyn. "Eh? Aku tidak akan termakan godaanmu iblis!"

Lilysha hanya menaikan bahunya santai.

  "Manisku, berpikirlah sejenak. Bandit yang menyerangmu tadi malam mengetahui mantra suci bukan? Aku memang bukan ahlinya, tetapi bukankah hanya orang-orang tertentu yang bisa menggunakan mantra itu?"
  "Memang benar" balas Tyn mulai ragu-ragu. "Apa kau menuduh jika Holy Order mengirim bandit itu?"
  "Itu hanya spekulasiku sayang" balas Lilysha mendekati Tyn. "Aku hanya ingin memastikan tidak ada yang berencana menyakitimu sedikitpun"

Tyn melangkah mundur menjauhi Lilysha. Lilysha hanya tersenyum menggoda layaknya succubus di dalam arsip Holy Order. Senyuman tersebut membuat Tyn menjadi gugup.

  "Aku tidak akan terhasut olehmu! Dewi Kehidupan akan membimbing jalanku!" balas Tyn teguh
  "Oh maksudmu nama tak berguna yang kau sebut saat kau akan mati?"
  "Beraninya kau menghina Dewi Kehidupan Feli-"
  "Mengesampingkan itu, biar kuberitahu satu hal terlebih dahulu"

Tyn menelan ludah dan mencoba menenangkan dirinya sambil berulang-ulang mengucapkan "Dewi Kehidupan Felice melindungiku" dalam hatinya sambil memperhatikan Lilysha yang ada di depannya.

  "Jika kau mencurigai aku ingin mengambil barang itu, maka mengapa aku tidak melakukannya saat kau pingsan?"
  "Eh? I... itu..."
  "Mengapa aku harus membuat kontrak denganmu yang merupakan musuh abadi iblis?"

Tyn terdiam. Dia sama sekali tidak tahu harus menjawab apa. Memang benar apa yang dikatakan oleh Lilysha. Jika dia berniat mengambil barang tersebut dari Tyn, dia bisa melakukannya ketika Tyn pingsan atau tertidur.

Tyn menggelengkan kepalanya sekali lagi untuk membuang keraguan yang mulai membanjiri otaknya.

  "J-jangan pikir aku akan terhasut semudah itu! Kau pasti berencana untuk menghancurkan dunia ini kan?"
  "Menghancurkan? Hahahahaha!"

Lilysha menggelengkan kepalanya sambil tertawa geli. Setelah puas tertawa, dia kembali menatap Tyn tetapi tatapannya kali ini seperti sangat kesal.

  "Tidak. Aku ini sudah menguasai begitu banyak daratan, punya begitu banyak kekuasaan, jika aku memang ingin menghancurkan dunia ini, maka kalian tidak akan pernah ada sejak akhir invasi iblis pertama"

Tyn menelan ludahnya. Keringat dingin mulai keluar dari keningnya tetapi dia memaksa dirinya untuk tetap tenang menghadapi Lilysha. Dia mulai berpikir jika memang Lilysha itu begitu punya banyak kekuasaan, mengapa dia datang sendirian.

Lilysha yang sudah bisa membaca isi pikiran Tyn hanya tersenyum lebar.

  "Manisku, aku tidak ingin menghancurkan dunia ini. Aku ingin MENGUASAI dunia ini!" ucapnya tegas
  "Apa bedanya?" keluh Tyn
  "Sayang, aku menyadari sesuatu. Aku bisa saja menguasai ribuan dunia, menjadikan seluruh kerajaan tunduk padaku, tetapi tanpa budak, pekerja dan orang-orang untuk melakukan semua keinginanku maka apa gunanya? Tidak ada gunanya menguasai dunia hampa yang hanya dipenuhi iblis tak berotak yang ingin menghancurkan segala sesuatu"

Kedua kaki Tyn gemetaran. Dalam kejapan mata, Lilysha sudah tidak ada di depan Tyn lagi. Dia tepat berada di belakang Tyn, memeluknya. Tangan kanannya mencolek dagu Tyn. Dia mendekatkan mulutnya pada telinga kanan Tyn.

  "Setidaknya itulah tujuan awalku. Hihihihi"

Dia menjilat telinga kanan Tyn. Kini Tyn mulai gemetaran karena takut Lilysha akan membunuhnya.

  "Demon monarch yang lain tidak setuju dengan ideku untuk menguasai dunia ini. Mereka ingin menghancurkan dunia ini seutuhnya sayang. Bisa dibilang kami sedikit... berkelahi di sana dan aku kalah. Aku berhasil kabur ke dunia ini dan cukup beruntung karena kau berbaik hati mau menerimaku. Hihihihihi"

Tyn mencoba untuk menggerakan tubuhnya untuk mendorong Lilysha yang memeluknya dari belakang tetapi entah mengapa, dia sama sekali tidak bisa bergerak sedikitpun. Dia hanya bisa diam gemetaran sambil berharap Lilysha yang sedang mengelus-ngelus pipinya Tyn tidak akan membunuh Tyn.

Tyn mengumpulkan sisa-sisa keberanian di dalam dirinya untuk berbicara.

  "Ak... aku dengar demon monarch itu kuat, mengapa kau memerlukan wadah untuk tinggal di dunia ini?" tanya Tyn
  "Ooooh, soal itu"

Lilysha berhenti mengelus pipi Tyn.

  "Iblis juga memerlukan medium untuk menghubungkan dunia kami dengan dunia lain sayangku. Ketika aku kalah dalam perselisihan dengan demon monarch lain, aku membuka gerbang tanpa medium dengan menggunakan hampir seluruh kekuatanku. Akibatnya, aku memerlukan wadah untuk menampung sisa-sisa kekuatanku yang tidak stabil atau jika tidak, aku akan mati"

Tyn berpikir sejenak. Lilysha tidak berbohong soal itu. Leisha pernah memberitahukan hal tersebut pada Tyn.

Iblis memerlukan perantara atau medium untuk pergi dari dunia mereka ke dunia lain. Medium tersebut suatu saat nanti akan bisa membuka apa yang disebut sebagai "Demonic Portal", sebuah portal dimensional yang menghubungkan dunia iblis dengan dunia tersebut.

Ada juga yang disebut "Demonic crack". Para iblis yang kuat seperti demon monarch bisa membuka celah dimensional secara paksa yang bisa digunakan sebagai demonic portal versi lemah, tetapi untuk membuka demonic crack, mereka harus mengorbankan sebagian besar kekuatan mereka apalagi untuk menggunakannya. Jika iblis tersebut selamat, dia akan kehilangan sebagian besar kekuatannya dan sisa-sisa kekuatannya akan menjadi tidak stabil, hal tersebut berpotensi membunuh iblis tersebut.

Solusinya, jika iblis tersebut bisa menemukan "wadah" untuknya bisa menampung sisa-sisa kekuatannya maka perlahan, kekuatannya akan mulai stabil dan akan pulih seiring berjalan waktu.

  "Berarti... tubuhku ini..." gumam Tyn
  "Oh benar, tubuhmu yang mungil dan rapuh ini sekarang memiliki kekuatanku di dalamnya. Bukankah itu hebat manisku? Hihihihi"

Tyn menelan ludah. Otaknya tidak bisa menerima fakta jika dia, pengguna ilmu sihir suci malah menampung energi iblis.

  "Tenang saja, jika sesuatu terjadi padamu, hal itu akan mempengaruhiku juga" bisik Lilysha dengan intonasi menggoda. "Kita berdua adalah satu sekarang"

Lilysha berhenti memeluk Tyn. Tubuh Tyn akhirnya bisa bergerak sekali lagi. Perutnya Tyn mulai mengeluarkan suara sebagai pertanda meminta makan. Mungkin saja cacing-cacing di dalam perutnya sudah melakukan aksi demo besar-besaran.

Tyn spontan memegang perutnya.

  "Hrrmgn..." gumam Tyn lesu

Lilysha hanya tersenyum sesaat. Sebuah lubang hitam kecil terbuka di dekat tangannya. Dia memasukan tangannya ke dalam lubang tersebut. Saat dia menarik keluar tangannya, tangannya sudah menggengam sebuah apel.

Tyn merasa terkesan dengan kemampuan itu. Itu jelas-jelas bukan sihir iblis. Dia pernah melihat Eva melakukannya di dalam kuil Holy Order. Lilysha memberikan apel tersebut pada Tyn, hal tersebut membuat Tyn bingung.

  "Tenang saja, itu tidak beracun atau semacamnya. Aku sudah bilang kan? Aku akan menjagamu" ucap Lilysha

Tyn tidak ingin mempercayai iblis tetapi perutnya sudah terlalu lapar dan bekal terakhirnya sudah habis. Dia mengumpulkan keberanian dan memakan apel tersebut. Beberapa saat kemudian, dia mulai yakin apel tersebut adalah apel normal.

Saat dia makan, dia menyadari Lilysha hanya memperhatikannya.

  "Ah, maaf" ucap Tyn

Tyn memberikan apel yang sudah digigitnya separuh pada Lilysha. Lilysha hanya menaikan alis matanya heran sebagai respon pada reaksi Tyn.

  "Kau pasti.... lapar juga kan?" tanya Tyn
  "Ooooh kau romatis sekali. Sepertinya aku jatuh cinta padamu" ucap Lilysha
  "Menjijikan... aku ini masih tertarik pada laki-laki" balas Tyn ketus
  "Ahahahahaha! Bercanda! Kau ini terlalu kaku sayang" sela Lilsha mengedipkan mata kirinya. "Iblis tidak perlu makan ataupun istirahat. Walaupun aku bisa merasakan hal itu sebagai akibat dari kontraku denganmu sih"

Tyn hanya menggaruk kepalanya.

  "Jangan khawatir tentangku. Mulailah berpikir apa yang akan kau lakukan setelah ini" ucap Lilysha

***************

  Beberapa jam kemudian, Tyn dan Lilysha sedang duduk memperhatikan barang yang dipercayakan oleh Holy Order pada Tyn; sebuah kotak kayu yang diselimuti kain. Tyn sengaja meletakan kotak tersebut di hadapan Lilysha untuk menggoda demon monarch itu tetapi di luar dugaanya, Lilysha hanya memperhatikan Tyn terus.

Tyn mulai tidak tahu apa yang dipikirkan oleh demon monarch di hadapannya. Tetapi para bandit yang menyerangnya sepetinya tahu isi kotak ini. Rasa penasaran akhirnya mengalahkan Tyn, dia akhirnya mulai membuka kain yang membungkus kotak kayu tersebut dan kemudian mengangkat penutup kotak kayu tersebut.

Di dalamnya hanya ada sebuah kristal hitam pekat yang sangat kecil. Tyn terlihat bingung dengan kristal tersebut.

  "Apa-apaan ini?" keluh Tyn

Tyn mengangkat wajahnya untuk melihat Lilysha. Kedua bola mata Lilysha terbuka lebar-lebar melihat kristal tersebut.

  "I-ini..." gumam Lilysha. "Relik iblis?! Bagaimana caranya Holy Order bisa mendapatkan barang ini?"
  "Relik iblis?" balas Tyn bingung
  "Barang-barang yang kami buat untuk menampung kekuatan iblis yang nantinya akan kami gunakan untuk mengotori dunia ini"

Tyn diam sesaat. Dia mencoba mengingat apakah Leisha pernah mengajarkan hal ini padanya ataukah tidak. Dia hanya ingat bagian jika para iblis bisa mengotori dunia dengan kekuatan iblis. Bagian-bagian dunia yang telah dikotori dengan kekuatan mereka akan mirip seperti dunia iblis.

Apapun itu, barang-barang yang bisa menyebarkan kekuatan iblis sangat berbahaya dan harus dimusnahkan.

  "Jadi... Holy Order menyuruhku untuk membawa sesuatu yang bisa mengotori dunia ini?" tanya Tyn
  "Seperti itulah. Meskipun relik ini sepertinya tidak begitu sempurna tetapi masih memiliki kekuatan iblis yang lumayan besar di dalamnya"

Lilysha mengelus dagunya, kemudian dia menatap Tyn.

  "Mengapa mereka menyuruh seseorang yang tidak tahu cara bertarung untuk mengantarkan barang ini?"
  "Aku juga tidak tahu. Yang aku tahu, aku harus membawa ini ke kuil Mira" jawab Tyn. "Yang pasti, aku yakin relik ini akan dimurnikan di sana"
  "Jangan bercanda sayang, setahuku hanya para kelima Priestess Agung yang bisa memurnikan relik ini" sela Lilysha. "Kuil Mira tidak punya Priestess Agung kan?"

Tyn menganggukan kepalanya. 5 Priestess Agung adalah 5 Holy Priestess dari Holy Order yang memiliki kekuatan suci yang sangat luar biasa. 5 Priestess Agung saat ini adalah; Priestess Fira sang Holy Priestess dengan kekuatan api, Priestess Serenia sang Holy Priestess kekuatan angin, Priestess Codia sang Holy Priestess dengan kekuatan air, Priestess Iz sang Holy Priestess dengan kekuatan tanah, dan Priestess Rianna sang Holy Priestess dengan kekuatan suci.

Kuil Mira terletak dekat dengan kota Remsen yang masih dibawah naungan kekaisaran Empire tetapi masalahnya kuil tersebut tidak memiliki Priestess Agung.

  "Entah apakah memang Holy Order ingin membuatmu terbunuh supaya relik ini bisa jatuh atau ada campur tangan pihak lain" sahut Lilysha
  "Tidak mungkin! Holy Order mana mungkin akan mengirimkan anggotanya untuk mati!" bantah Tyn
  "Lalu mengapa daripada mengirimkan orang yang bisa bertarung, mereka malah justru mengirimkan orang cengeng untuk mengantarkannya?"

Tyn terdiam. Dia merasa kesal tetapi dia juga mengakui jika memang dirinya ini tidak tahu cara bertarung yang benar. Sejak dia kecil, selalu orang-orang disekitarnya lah yang melindunginya. Kedua tangannya memukul tanah berumput dengan keras.

Lilysha hanya mengelus-ngelus rambutnya Tyn perlahan.

  "Sudahlah, aku akan mengajarimu cara bertarung" bujuknya
  "T-tapi..."
  "Tenang saja, aku tidak akan mengajarimu cara menggunakan kekuatan iblis karena jika semua orang tahu kau membuat kontrak dengan iblis, hal itu akan mengancamku juga"

Tyn mencoba menahan tangisnya karena merasa dirinya sangat tidak berguna sampai-sampai demon monarch saja menunjukan rasa simpati pada dirinya.

  "Jadi? Apa yang akan kau lakukan sekarang? Ingin melanjutkan perjalanan ke kuil Mira?" tanya Lilysha
  "Umm..." Lilysha menggaruk kepalanya. "Ya, mungkin.... bagaimanapun juga, perintah Holy Order harus dilaksanakan"
  "Ohoho, tapi kita juga bisa menggunakan relik ini lho" bujuk Lilysha
  "Eh?"
  "Relik ini seperti bom yang belum meledak. Dengan sedikit bantuanku, aku bisa menggunakan ini untuk menarik perhatian iblis lho"
  "Kita tidak akan melakukan hal itu!" balas Tyn tegas
  "Awwww" balas Lilysha lesu

*************

  Tanpa adanya kuda ataupun pengawal, Tyn memutuskan mereka akan mampir pada sebuah desa kecil lain. Beruntung Tyn membawa beberapa pakaian ganti cadangan di dalam ranselnya. Atas saran dari Lilysha, Tyn sengaja mengenakan pakaian biasa demi menghindari perhatian yang tak diinginkan.

Menurut Lilysha, siapapun yang menyuruh para bandit untuk mencoba mengambil relik iblis dari tangan Tyn kemungkinan masih memiliki rencana cadangan. Bisa saja para bandit tidak tahu Tyn itu seperti apa dan mungkin akan menyerang siapapun yang mengenakan seragam Holy Priestess yang sedang menuju kuil Mira.

Perlu waktu perjalanan seharian penuh bagi mereka untuk tiba di desa kecil di tengah-tengah jalan. Mereka cukup beruntung karena mereka tiba tepat malam hari. Menggunakan uang yang diambil oleh Lilysha dari para bandit yang mencoba menyerang mereka tempo hari, mereka berdua berjalan masuk ke dalam penginapan kecil.

Seorang laki-laki tua, kemungkinan sudah 40 tahun menurunkan koran begitu melihat Tyn dan Lilysha berjalan mendekati meja resepsionisnya.

  "Ah, selamat datang petualang!" sambutnya
  "Um.... kami ingin menyewa kamar untuk 1 malam" ucap Tyn
  "2 keping perak untuk 1 malam nona"

Mendengar harganya, Tyn menelan ludah. Dia spontan meletakan tangannya pada dagu dan mulai berpikir. Total uang yang mereka kumpulkan dari para bandit hanyalah 4 keping perak saja. 2 keping perak untuk 1 malam ditambah dengan perkiraan 1 keping perak untuk mereka makan dan 1 keping perak lagi untuk mereka menyewa jasa transportasi... mereka tidak punya cukup uang untuk perjalanan sampai ke kuil Mira.

Meskipun Lilysha tidak memahami apa-apa soal ekonomi mengingat para iblis hidup gratisan di alam mereka, setidaknya dia paham betul Tyn sedang pusing soal masalah keuangan.

Beruntung baginya, dia itu adalah succubus; iblis yang memang ahli dalam menggoda terutama menggoda laki-laki.

Lilysha mendekatkan wajahnya pada si resepsionis. Laki-laki tersebut memandang wajah Lilysha yang memang terlalu cantik. Tanpa disadarinya, dia telah jatuh dalam hipnotis milik Lilysha.

  "Bukankah itu sedikit terlalu mahal?" tanya Lilysha. "Bisakah kau menurunkan harganya tuan?" Lilysha mengedipkan matanya
  "Aaaah, jika kau berkata demikian... maka 1 keping perak saja"

Tyn merasa terkesan karena dia tak menyangka Lilysha akan membujuk resepsionis. Ya, Tyn sama sekali tidak tahu jika itu adalah akibat dari pengaruh hipnotis Lilysha. Setidaknya dengan ini, mereka masih punya 1 keping perak lagi.

Tyn membayar 1 keping perak pada resepsionis dan si resepsionis memberikan sebuah kunci kamar berlaber "303" pada Tyn.

Pada saat bersamaan, seorang laki-laki lain dengan pakaian sangat rapi datang menghampiri Tyn dan Lilysha yang baru saja menerima kunci.

  "Salam! Saya adalah bagian penitipan barang. Jika anda berkenan, barang-barang anda bisa saya bawakan" ucapnya
  "Ah, tidak usah repot-repot" balas Tyn. "Aku akan membawanya sendiri"

Tyn berjalan pergi menuju kamarnya. Lilysha mengedipkan matanya pada laki-laki tadi kemudian berjalan mengikuti Tyn. Tidak perlu waktu lama bagi mereka berdua untuk bisa menemukan kamar 303.

Kamarnya tidak begitu besar tetapi setidaknya ada 2 tempat tidur. Tyn meletakan ranselnya di samping salah satu tempat tidur kemudian dia menggaruk lehernya.

  "Uaaaah, pegaal...." keluhnya
  "Mau kupijat?" tawar Lilysha sambil tersenyum

Melihat senyuman Lilysha, Tyn langsung menggelengkan kepalanya. Dia berjalan terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi. Tak lama kemudian dia keluar dari dalam kamar mandi sambil menatap Lilysha.

  "Um...."
  "Kau ingin aku memandikanmu?" sela Lilysha tersenyum
  "Bu-bukan! Sepertinya ada yang aneh di punggungku... tapi aku tidak bisa melihatnya. Bisakah kau memeriksanya?"

Lilysha menaikan alis matanya sesaat. Tyn membuka pintu kamar mandi lebar-lebar sehingga Lilysha bisa melihatnya dengan jelas. Tyn yang baru saja membuka bajunya membalikan badannya, menunjukan punggungnya pada Lilysha.

Pada belakang punggungnya, ada semacam bekas luka yang menyerupai semacam logo seperti sebuah lingkaran dengan 2 tanduk. Kedua tangan Tyn mencoba menyentuh bekas luka tersebut, dia sama sekali tidak tahu apa itu.

  "Aaah, itu adalah bukti kontrak kita berdua" jawab Lilysha
  "Bukti kontrak? Bukankah akan ada masalah jika ada yang melihatnya?" tanya Tyn khawatir
  "Oho tenang saja manisku, aku ini sepertinya kurang terkenal di dunia ini. Jika ada yang mengenali tanda ini, aku yakin dia ada hubungannya dengan iblis lain yang kukenal"

Tyn terdiam sesaat. Tiba-tiba, Lilysha sudah ada tepat di belakangnya, mengelus-ngelus punggung Tyn perlahan.

  "Hmm, kulitmu begitu halus. Hihihihi. Bagaimana? Mau ku-man-di-kan?"
  "HIIII!!!"

BLAM! Setelah berteriak, Tyn langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi erat-erat. Tyn langsung mandi di dalam sambil bernyanyi keras-keras dengan harapan dia tidak harus mendengarkan Lilysha mengganggunya.

Lilysha membersihkan bibirnya dengan lidahnya sendiri sambil tertawa kecil.

  "Wadahku yang ini lucu juga jika kugoda terus-terus"

Setelah mandi dan berganti pakaian, Tyn memutuskan untuk pergi membeli bahan-bahan untuk memasak mengingat dapur penginapan ini bisa dipakai dan mereka akan lebih hemat jika memasak sendiri daripada memesan makanan.

Tetapi dia tidak mau membawa ranselnya karena takut dikira akan pergi dan tidak jadi menginap. Pada saat bersamaan, dia tidak mau meninggalkan ranselnya di dalam penginapan. Dia tidak mau mempercayai Lilysha untuk menjaga ranselnya.

Lilysha yang sudah bisa membaca isi pikiran Tyn hanya tertawa kecil.

  "Hahahaha, bagaimana jika kau kuajari ilmu sihir dimensional pocket?" tawar Lilysha
  "Ah benarkah?" balas Tyn. "Tapi... kau pasti bisa mengakses dimensional pocket milikku juga"
  "Tentu saja tidak sayang. Tetapi kalau kuajarkan sekarang, mungkin kau hanya bisa menampung barang itu saja tetapi tidak ranselmu"

Dimensional pocket, ilmu sihir yang sangat rumit. Anggap saja dimensional pocket sebagai sebuah "ransel" tak berwujud yang bisa menampung apa saja sesuai dengan kemampuan dari penggunanya. Karena yang bisa mengakses dimensional pocket hanyalah penggunanya saja, keamanan dari barang-barang tersebut sudah bisa terjamin.

Sayangnya karena ilmu sihir ini sangat rumit, jumlah penggunanya hanya bisa dihitung dengan jari. Tyn merasa kurang yakin apakah dia mampu ataukah tidak. Lilysha yang bisa mencium rasa kurang percaya diri Tyn langsung mengelus kepala Tyn.

  "Hei, aku ini hebat lho" ucap Lilysha. "Aku bisa membuatmu mampu menggunakan sihir itu hanya dalam beberapa jam tapi akan perlu waktu lama supaya kau bisa menggunakannya dengan baik"
  "Kenapa malah terdengar seperti orang yang menawarkan kursus kilat ya?" keluh Tyn

Lilysha membisikan sesuatu pada Tyn. Dalam sekejap Tyn seperti terkejut.

  "SERIUS?! Itukah triknya?!"
  "Tentu saja, karena aku yang menciptakan ilmu sihir dimensional pocket"
  "Eeh?! Jadi selama ini... kau yang menciptakan dimensional pocket?!"
  "Tentu saja, aku juga punya hobi yang tidak ingin kuberitahu pada rekan-rekan iblisku"

Tyn menggaruk kepalanya karena bingung. 

**************

  Setelah berlatih sejenak dengan Lilysha, Tyn akhirnya bisa menggunakan sihir dimensional pocket. Namun dia masih belum mahir sehingga satu-satunya hal yang bisa disimpan di sana hanyalah kotak kayu titipan Holy Order.

Malam harinya, Tyn dan Lilysha berjalan keluar dari dalam kamar. Tyn berniat membeli beberapa bahan untuk memasak malam hari. Ketika mereka baru beberapa langkah keluar, mereka berpapasan dengan salah satu staff penginapan yang lewat dengan alat kebersihan.

  "Salam Priestess" ucapnya
  "Ya, salam juga bagimu" balas Tyn sambil terus berjalan

Lilysha berhenti berjalan dan memperhatikan staff tersebut yang terus berjalan pergi. Lilysha mencolek pundak Tyn.

  "Aku ingin mengecek sesuatu, jadi bisakah kau pergi duluan?" tanya Lilysha
  "Eh? Ah.... oke?" balas Tyn ragu-ragu

Lilysha mengedipkan mata kirinya dan berjalan mengikuti staff tersebut. Tyn hanya menggaruk kepalanya bingung untuk sesaat kemudian dia berjalan pergi keluar penginapan.

Meskipun ini pertama kalinya Tyn pergi keluar dari ibukota, dia sering mendengarkan cerita dari para petualang-petualang yang sering mampir ke kuil Holy Order tentang dunia luar. Dia menggunakan semua pengetahuannya yang didapatkannya cari cerita-cerita tersebut sebagai "penunjuk" kasar.

Dia tahu desa ini memiliki pasar malam di mana harga barang-barangnya murah. Tak perlu waktu lama untuknya bisa mendapatkan apa yang diperlukannya. Sebelum Tyn meninggalkan pasar malam, dia memeriksa barang-barang belanjaanya sekali lagi.

  "Hmm... kira-kira Lilysha ke mana ya?" gumam Tyn. "Kuharap dia tidak menggoda staff itu. Setidaknya, mengetahui jika ada orang yang menghormati Priestess juga terasa menenangkan"

Tyn langsung terdiam sesaat seperti menyadari ada yang ganjil.

  "Dari mana staff itu tahu aku ini Holy Priestess?" gumamnya. "Sejak aku tiba di desa ini... aku sama sekali tidak mengenakan apapun yang berkaitan dengan Holy Priestess"

Tyn menelan ludah. Dia menjadi sangat khawatir dengan Lilysha. Dengan tergesa-gesa Tyn berlari kembali ke penginapan. Dia mencoba untuk tetap terlihat tenang.

Tyn membuka pintu kamar 303, masuk ke dalam dan menutupnya dengan cepat. Betapa terkejutnya dia ketika dia melihat Lilysha sudah ada di dalam kamar dengan staff yang tadi... dan mereka berdua tidak mengenakan busana sama sekali.

Wajah Lilysha langsung memerah. Spontan dia berbalik membelakangi mereka berdua.

  "Oooh Tyn! Selamat datang! Mau bergabung?" tanya Lilysha
  "A...a....apa-apaan ini?! M-m-m...mmm....mengapa kalian bisa.... itu.... anu..." balas Tyn gugup setengah mati
  "Tenang saja, dia berada di bawah pengaruhku kok" bujuk Lilysha. "Jika kau mau, kau boleh bergabung kok. Toh, dia juga tidak akan mengingat apa yang terjadi sayang"

Tyn menggelengkan kepalanya.

  "A-a....a... aku ini Holy Priestes.... ja...jadi.... aku tidak boleh... mm... seperti itu...." balas Tyn
  "Ah, benar juga. Bicara soal Holy Priestess..."

Lilysha mendekatkan wajahnya pada staff penginapan tersebut yang seluruh perhatiannya hanya terfokus pada Lilysha. Perlahan kedua tangan Lilysha menyentuh pipi laki-laki tersebut.

  "Sekarang... bisakah kita melanjutkannya?" tanya Lilysha
  "Ya" balas staff tersebut datar karena dibawah pengaruh hipnotis Lilysha
  "Darimana kau tahu si manis itu adalah Priestess? Siapakah yang mengirimmu?" tanya Lilsyha

Staff tersebut diam untuk sesaat. Otaknya sedang mengalami konflik pribadi antara harus menjawab pertanyaan dari Lilysha dan harus menjaga identitasnya. Kening Lilysha menyentuh kening staff tersebut.

  "Oooh ayolah, kau tidak ingin membuat perempuan secantikku menunggu kan?" goda Lilysha. "Aku ini.... me-mu-as-kan"
  "Ada klien kami. Kami tidak tahu siapa tetapi dia meminta kami untuk merebut relik tersebut dari Holy Priestess yang berjalan menuju kuil Mira. Dia hanya menjelaskan Priestess yang kami incar adalah perempuan manis yang kurang percaya diri" jawab staff tersebut datar
  "Hmmm?"

Lilysha mengelus-ngelus pipi staff tersebut.

  "Lalu apakah ada rekan-rekanmu yang lain? Dengan siapa saja kau bekerja sama?" tanya Lilysha
  "Tidak ada. Semua rekan-rekanku pergi untuk mencoba menangkap priestess tersebut. Aku ditugaskan di sini untuk berjaga-jaga seandainya Priestess tersebut selamat. Klien kami punya pasukan pribadi. Kami tidak tahu mereka siapa, tapi mereka sangat hebat"

Tyn kembali teringat penyerangan bandit sebelumnya. Berarti benar, memang ada yang sengaja mengincar relik ini. Tetapi... untuk relik seberbahaya ini, yang mengetahui keberadaan relik seberbahaya ini seharusnya hanyalah para archbishop dan para petinggi-petinggi di Holy Order saja.

Itu berarti siapapun pelakunya, dia mendapatkan informasi tentang relik ini dari orang dalam Holy Order.

  "Yaah, kau sudah menjadi anak yang baik. Jadi aku akan memberimu sedikit ha-di-ah" bisik Lilysha pada staff tersebut.

Lilysha mencium staff tersebut kemudian melepas pelukannya. Dalam sekejap, staff tersebut langsung tergeletak di tanah tidak bernyawa. Tubuhnya mulai mengering dengan sangat cepat hingga akhirnya hanya tinggal kerangkanya saja.

Ketika Tyn berbalik, dia hampir berteriak histeris melihat kerangka staff tersebut.

  "Dia adalah anggota gembong bandit yang menyerang kita tempo hari" ucap Lilysha. "Siapapun klien mereka ini, mereka adalah pengguna sihir elemen suci yang hebat. Ada kemungkinan mereka akan menunggu kita di kuil Mira"
  "Iya sih... tapi bisakah kau mengenakan baju terlebih dahulu?" protes Tyn
  "Hm? Kau tidak mau bersenang-senang denganku sedikit?"
  "OGAH! Aku ini masih normal!" balas Tyn ketus

Lilysha hanya tertawa genit. Dia dengan cepat mengenakan pakaiannya kembali. Dia menjentikan jarinya satu kali, kerangka staff tersebut mulai terbakar oleh api biru gelap yang timbul mendadak. Api tersebut menghanguskan kerangka tersebut tanpa bekas ataupun jejak sedikitpun.

  "Manisku, kita harus segera keluar besok pagi. Kita tidak aman selama kau memegang barang itu" ucap Lilysha
  "Ya, aku tahu itu" balas Tyn
  "Ngomong-ngomong manisku" sahut Lilysha mengelus kedua pipinya sendiri. "Sepertinya tadi kau sempat khawatir padaku ya?"

Tyn sedikit terkejut. Dia langsung menggelengkan kepalanya untuk membantah Lilysha. Dia tidak mau mengakui jika dia baru saja mengkhawatirkan musuh abadi Holy Priestess.

  "T-tidak! Siapa juga yang mengkhawatirkanmu?!" bantah Tyn
  "Oooh ayolah manisku, karena kontrak kita, aku bisa membaca semua isi pikiran dan hatimu lho"
  "B-berisik!!"

*************
Bersambung

  Episode selanjutnya,

  Tyn dan Lilysha akhirnya bisa mengkonfirmasi kebenaran tentang adanya pihak yang ingin merebut barang yang dipercayakan oleh Holy Order pada Tyn. Namun siapakah mereka? Apapun yang terjadi, Tyn dan Lilysha mempersiapkan diri mereka untuk kemungkinan akan adanya jebakan yang telah menanti mereka di kuil Mira bahkan jika kuil tersebut berada di bawah kendali Holy Order sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar