Senin, 23 Mei 2016

Burning Dawn Part-2

  Episode Sebelumnya,

  "Dan dia berjalan di lembah kegelapan. Tanpa rasa takut akan kematian, tanpa takut pada kehampaan, tanpa takut pada kegelapan itu sendiri. Dia berjalan di jalan yang terang tetapi dia membawa kegelapan bersamanya... Menari di antara kegelapan dan terang"




*****************
Burning Dawn
Part-2
Linkaran Terdalam Nekromansi dan Wabah

 Kota Mirigan.... Setelah bertahun-tahun aku menghabiskan waktuku di gurun pasir yang panas, tak kusangka aku akan mengunjungi kota yang berada di tengah-tengah hutan tropis. Pergantian alam sekitar membuatku sedikit..... Merasa tenang. Aku tak pernah melihat pepohonan selebat dan sebanyak ini dalam hidupku.

Tembok batu besar yang mengelilingi kota ini mengingatkanku kembali pada Yorkville yang hanya dikelilingi oleh pagar kayu. Para pengawal gerbang terlihat sedikit terkejut melihat kedatangan rombongan kami.

Seorang penjaga gerbang datang mendekati kami dengan ekspresi seolah-olah dia tak percaya apa yang dilihatnya.

  "Illirya!!" Teriaknya
  "AYAH!!!" Teriak seorang anak kecil dari dalam rombongan

Seorang anak kecil menerobos keluar dari dalam rombongan dan berlari secepat kaki kecilnya bisa melangkah dan memeluk penjaga gerbang yang mendekati kami. Mereka berduaa menangis tetapi pada saat bersamaan bahagia.

Aku berhenti berjalan bukan untuk menonton drama menjijikan ayah-anak itu, tetapi untuk menunggu Rena yang sedang berbicara dengan penjaga gerbang yang lain. Aku tidak mengetahui jika untuk masuk ke dalam kota saja harus berbicara pada penjaga gerbang terlebih dahulu... Apakah Kerajaan Loria sedang berperang dengan kerajaan lain?

  "Oh Dewi Kehidupan! Terimakasih! Terimakasih banyak anakku tercinta telah pulang!!" ucap penjaga tadi sambil melihat ke langit

Tak lama kemudian, sejumlah orang berlari keluar dari dalam kota untuk menghampiri rombongan kami. Ekspresi tak percaya terpancar dengan jelas dari wajah mereka. Teriakan-teriakan nama pun mulai terdengar.

Sanak keluarga dan teman dari orang-orang yang aku dan Rena bawa menangis dan menyambut kedatangan teman atau keluarga mereka yang telah bertahun-tahun hilang.

Drama, drama, dan lebih banyak drama.... Membuatku merasa jijik...

Krow mengelus-ngelus pipiku dengan kepalanya. Aku menjeling padanya, dia memiringkan kepalanya padaku.

  "Kaaak?"

Mendengar kicauan Krow, aku menggosokan tanganku pada pipiku beberapa kali. Huh?! Apa-apaan ini? Apakah aku.... Mengeluarkan air mata? Apakah aku menangis? Aku menghapus air mataku dan berpura-pura kejadian yang tadi tidak pernah terjadi.

Aku dan Rena berjalan masuk. Biarkanlah orang-orang itu bertemu dengan sanak keluarga dan teman mereka.

  Aku benci mengakui ini, tetapi kota Mirigan bagus juga... Jauh lebih padat dari desa Yorkville dan kelihatan jauh lebih hidup. Tetapi ada sesuatu yang salah di kota ini.... Aku bisa merasakan.... Terror... Rasa takut dan keputusasaan memenuhi udara kota ini.

  "Krow, terbanglah dan lihat-lihatlah di sekitar sini" bisikku
  "Kaaak!!!"

Krow mengepakan sayapnya dan terbang pergi meninggalkan kami. Aku melihat-lihat gedung-gedung sekelilingku. Huh, aku menyukai bentuk rumah-rumah di kota ini... Bentuknya tidak kotak; bentuk yang selalu kulihat di Yorkville.

  "Kau dengar itu Naia?" tanya Rena. "Suara dari keluarga-keluarga yang bahagia menyambut anggota keluarga mereka yang hilang membuatku merasa senang"
  "Kupikir kau hanya peduli dengan bayarannya" balasku
  "Ahahahaha,, uang memang segalanya tetapi kebahagiaan ketika kau melayani orang lain adalah sebuah perasaan yang tak bisa kau beli dengan uang"

Kebahagiaan ya? Hmn..... Rena.... Jujur saja, aku iri denganmu... SANGAT IRI! Aku hanya bisa berharap aku periang sepertimu. Aku... Juga ingin tahu seperti apa rasa "kebahagiaan" yang kau maksudkan itu karena aku hanya bisa bahagia ketika aku meruntuhkan kerajaan Arymania dan menyiksa seluruh penghuninya sampai mati.

Rena membawaku pada sebuah gedung batu yang sedikit besar dan berlantai 2. Sebuah banner merah besar terpampang di tembok. Logo pisau belati yang mengarah ke bawah pada banner tersebut membuatku sadar aku telah sampai pada markas serikat tentara bayaran Scarlet Blade.

Rena menyapa sejumlah orang-orang yang mengenakan seragam yang sama dengannya dan mereka juga menyapanya balik dengan senyuman ramah. Mereka juga menyapaku dan aku hanya bisa melambaikan tangan. Kenapa mereka begitu ramah padaku?

Bagian dalam gedung markas Scarlet Blade jauh lebih besar daripada luarnya. Mungkin karena penataanya yang luar biasa efisien. Aku dan Rena berada di sebuah aula besar yang ramai dengan aktivitas dari teman-teman Rena. Mereka semua memperhatikanku mungkin karena pakaian yang kukenakan sangat mencolok.

  "Yuhuuu master!!!" teriak Rena sambil melambaikan tangan pada seorang pria
  "Kekasihmu?" tanyaku
  "Bukan, dia adalah pemimpin detasemen ini"

Pria yang disapa oleh Rena melambaikan tangan. Dari wajahnya yang memiliki beberapa bekas luka goresan membuatku berpikir berapa banyak pertarungan yang harus dia lalui. Itu juga membuatku bersyukur dengan kekuatan penyembuhan luar biasa yang kumiliki...

Ya, kekuatan penyembuhanku benar-benar luar biasa. Tak peduli separah apapun lukaku, aku bisa mengalirkan sedikit energi dari mata kiriku pada lukaku dan dalam sekejap lukanya akan menghilang tanpa bekas.

  "Selamat datang kembali Rena!" sambutnya sambil berjalan menghampiri kami. "Aku sudah mendengar hasil kerjamu dari Oragio tadi.... Dan siapa perempuan ini?"
  "Namanya Naia. Jika bukan karena dirinya aku tidak akan pernah kembali hidup-hidup" jawab Rena sambil menepuk pundakku
  "Aaah, begitu.... Namaku Sergei. Aku adalah pemimpin detasemen Scarlet Blade di kota ini. Terimakasih telah menolong Rena. Maaf jika dia menyebabkan banyak masalah bagimu"
  "Tidak jadi masalah. Aku dan dia memiliki tujuan yang sama" jawabku

Sergei menganggukan kepalanya. Aku memperhatikan sekelilingku lagi; sepertinya semua orang dalam serikat ini berumur 29 dan keatas jika kulihat dari penampilan mereka. Rena mungkin anggota termuda yang dimiliki oleh serikat ini.

Aku tak pernah melihat adanya seorang tentara bayaran yang semuda Rena di dunia ini. Untuk menjadi tentara bayaran; kemampuan dari orang itu harus sangat tinggi; setara atau lebih dari tentara elit. Persyaratan untuk masuk ke dalam tentara itu minimum harus berumur 18 tahun, kemudian mereka akan dilatih selama 2 tahun maksimum untuk menjadi tentara biasa. Untuk menjadi tentara elit harus mengambil pendidikan dan melalui entah berapa banyak pertarungan sehingga tak heran umur rata-rata dari prajurit elit adalah 29 ke atas. Yang termuda yang pernah kudengar adalah prajurit elit berumur 28 tahun.

  "Boleh aku berbicara sebentar denganmu nona Naia?" ucap Sergei

Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai balasan. Sergei dan aku berjalan masuk ke dalam kantor pribadi Sergei. Kantornya lumayan kecil. Di tengah-tengah ruangan ada meja pribadi miliknya yang hanya terbuat dari kayu. Di atas meja tersebut terdapat tumpukan kertas.

Sergei mempersilahkanku untuk duduk. Dia juga duduk di hadapanku.

  "Nona Naia,, kami dari Scarlet Blade saat ini memang tidak bisa membayarmu karena telah menolong anggota kami, tetapi jikalau anda memerlukan pekerjaan, kami bisa menawarkan pekerjaan bagi anda" ucapnya
  "Tak dibayarpun tak masalah.... Aku hanya ingin membunuh para bandit itu" jawabku
  "Begitu ya.... Yah, kau cukup mengagumkan bisa bertarung hanya dengan 1 mata" balasnya. "Jikalau boleh kutahu, kenapa matamu memiliki warna yang berbeda?"

Aku menatap Sergei. Dia bisa tahu mataku memiliki warna yang berbeda bahkan jika aku menutupi mata kiriku?! Orang ini.... Bukan sembarangan orang.

  "Entahlah" jawabku singkat
  "Maaf jika aku menyinggungmu. Kota ini sedang memiliki banyak masalah dan semua orang hanya bisa berharap pada legenda Revealer jadi kukira mungkin saja kau adalah Revealer" balasnya
  "Kau mengatakan kota ini memiliki banyak masalah?" tanyaku mencoba mengalihkan topik
  "Ya" Sergei menghela napas singkat. "Pertama seluruh Kerajaan Loria mengalami gagal panen sehingga terjadi krisis pangan. Harga pangan naik, begitu juga dengan tingkat kriminalitas. Belum lagi ada rumor tentang sekelompok necromancer yang bersiap-siap menyerang kota ini. Ditambah lagi Kerajaan Arymania juga semakin tak bersahabat dengan kerajaan Loria"

Aku mengelus-ngelus daguku. Kelaparan dan necromancer.... Sepertinya semua ini ada hubungannya. Dengan adanya kelaparan, akan ada banyak orang yang mati. Siapa yang untung? Necromancer; mereka bisa menggunakan orang-orang yang mati kelaparan sebagai prajurit tambahan.

Aku tersenyum kecil. Hehehehe..... Sempurna....

  "Apakah ada pekerjaan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang kau sebutkan?" tanyaku
  "Hm? Ya, kerajaan Loria akan memberikan hadiah bagi siapapun yang bisa memburu semua necromancer itu. Jika kau bisa membantu krisis pangan, maka kuyakin orang-orang kerajaan Loria akan sangat berhutang budi padamu"
  "Kau tak keberatan jika aku menyelesaikan kedua masalah tersebut?" tanyaku

Sergei menatapku dengan heran tetapi juga penuh harapan.

  "Kami tak keberatan. Apakah kau yakin bisa mengatasi para necromancer dan kelaparan pada saat bersamaan?"
  "Sergei, kau meremehkanku" balasku tersenyum

Dia tersenyum melihatku yang sangat percaya diri.

  "Kalau begitu, bisakah aku meminta bantuanmu juga?"
  "Jika kau ingin membunuh seseorang; katakan. Aku dengan senang hati akan melakukannya" jawabku
  "Wow, tidak~tidak!" Sergei menggelengkan kepalanya. "Aku paham kau dan Rena baru saja bertemu... Tetapi, kumohon... Selagi kau masih akan berkeliling di kota ini tolong jaga Rena untuk kami. Dia kurang berpengalaman dalam bertarung dan mungkin saja akan membahayakan dirinya suatu saat nanti dan entah kenapa, dia terlihat sangat menyukaimu"
  "Aku tidak berjanji tapi aku mungkin bisa mendampinginya untuk sesaat" jawabku singkat

Aku berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Ya.... Ya.... Aku pasti bisa mengatasi kedua masalah ini. Aku tahu dimana para necromancer bersembunyi.... Menyerang mereka secara langsung akan sangat sulit jadi akan lebih mudah jika aku membuat mereka mencariku.

Bagaimana caraku menarik perhatian mereka? Aku akan membunuh satu per satu anggota mereka dan meninggalkan pesan. Kemudian aku akan menyerap ilmu mereka dan menggunakannya untuk menjatuhkan kerajaan Arymania.

Aku sadar untuk meruntuhkan kerajaan sebesar Arymania, aku akan memerlukan pasukan yang besar juga. Jika aku tak salah ingat, ada sejumlah desa di perbatasan Loria-Arymania. Pasukanku saat ini tak lebih dari sekumpulan mayat busuk, arwah dan kerangka-kerangka berjalan yang tak mengetahui apa-apa selain menuruti perintahku saja. Jumlah mereka juga tak begitu banyak tetapi kurasa cukup untuk membersihkan satu atau dua desa.

Hmmm... Apakah aku harus membiarkan orang-orang di sini mati kelaparan untuk menambah jumlah pasukanku? Kurasa tidak. Aku tak ingin melihat orang-orang yang diselamatkan dari gembong Tikus Pasir mati kelaparan setelah melalui perjalanan jauh. Itu berarti.... Benar juga.... Kenapa aku tidak melakukannya saja?

Ketika aku akan membuka pintu, aku berhenti sesaat.

  "Sergei, ini mungkin sedikit konyol. Belilah rumput biru" ucapku
  "Hah?" Sergei menaikan alis matanya dan menatapku kebingungan
  "Belilah rumput biru sebanyak yang kalian bisa beli.... Selagi harganya masih murah"

Aku keluar dari dalam ruangan meninggalkan Sergei yang terlihat masih sangat kebingungan. Ketika aku keluar, Rena langsung menghampiriku.

  "Bagaimana? Apa dia membayarmu?" tanya Rena
  "Tidak. Aku tidak perlu uang" jawabku
  "Oooh... Erm.... Yah... Bagaimana kalau mengambil setengah dari bayaranku sa-"
  "Rena" aku meletakan jari telunjukku pada mulutnya. "Belilah rumput biru"
  "Eh? Rumput biru? Untuk apa?"
  "Beli saja. Percayalah padaku" ucapku
  "Oh... Oke!" Rena menganggukan kepalanya. "Berapa banyak?"
  "Sebanyak mungkin yang kau bisa. Semua orang akan memerlukannya nanti"

Aku berjalan keluar dari dalam markas Scarlet Blade sambil tersenyum kecil. Ini adalah rencana pertamaku. Aku tak punya uang tetapi aku punya banyak barang rampokan dulu yang kusimpan di poket dimensi milikku dan ingatan yang kuserap dari salah satu anggota Tikus Pasir membuatku mengetahui persis lokasi pasar gelap. Aku bisa tawar-menawar untuk mendapatkan sedikit uang. Jika serikat Scarlet Blade mengikuti kata-kataku, maka sempurnalah rencanaku. Heheheheh.....

*************

  Rencanaku berjalan dengan sempurna. Aku tinggal di kota ini selama beberapa hari di penginapan. Pada pagi hari, aku mengunjungi Rena di markas Scarlet Blade. Beberapa kali juga aku menemaninya menjalankan patroli di dalam kota. Malam harinya, aku keluar secara diam-diam dan membunuh satu per satu anggota kelompok necromancer di dalam kota.

Dengan mataku, melacak dan membunuh mereka menjadi sangat mudah. Sebagian besar necromancer yang kubunuh adalah orang-orang yang masih bisa digolongkan muda. Mungkin saja mereka tergiur oleh kehidupan abadi yang dijanjikan oleh setiap sekte necromancy. Heh, menyedihkan. Aku menyempatkan diri untuk memutilasi dan menguliti tiap necromancer yang kubunuh setelah aku menyerap ingatan mereka dan memenggal kepala mereka.

Serikat Scarlet Blade menuruti perintahku untuk membeli rumput biru dari pasaran sampai-sampai banyak orang mulai bingung kenapa mereka membeli tanaman herbal untuk memasak. Orang-orang bodoh di sini semuanya menganggap mereka pintar.... Pfft.... Mereka bahkan tak tahu, di padang gurun sana rumput biru bisa dijadikan obat anti racun yang bisa menyembuhkkan racun paling mematikan dan bahkan bisa memulihkan kutukan undead sekalipun jika dimantrai dengan sihir-sihir tertentu. Semuanya aku pelajari dari Oriane... Sahabatku yang kini telah tiada.... Bertahanlah sedikit lagi Oriane.... Akan tiba waktunya untuk pembalasan dendam.

Malam ini, aku hanya menghabiskan waktuku di penginapan meminum minuman hangat. Semua necromancer yang bersembunyi di kota ini telah kubunuh dan kuserap ilmunya. Sekarang, aku hanya perlu menunggu saja respon dari pemimpin mereka.... Lich Arotigia.... Aku tak sabar untuk bertemu dan menyerap semua ilmu milikmu itu.... Heheheh....

  "Ini pesananmu nona penutup mata" ucap bartender Brady sambil memberikan segelas teh hangat
  "Terimakasih" balasku singkat
  "Kau tahu nona? Semenjak kau datang ke kota ini bersama orang-orang itu terjadi banyak hal" ucap Brady
  "Seperti?"
  "Seperti kasus-kasus pembunuhan berantai misterius yang belakangan ini terjadi" ucap Brady. "Sampai sekarang tidak ada yang tahu siapa pelakunya ataupun motifnya"

Aku hanya berpura-pura tak tertarik. Brady, seperti biasa mulai berbicara panjang lebar dan membuat teori-teori tentang kasus pembunuhan yang sebenarnya kulakukan. Terkadang dia juga berdiskusi dengan pelanggan lainnya tentang berbagai macam hal yang terjadi dalam kota ini.

Aku tak begitu suka mendengarkan orang-orang membuat teori tetapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri; aku suka melihat ekspresi kebingungan mereka dan rasa takut di wajah mereka ketika mereka berpikir mereka akan menjadi korban selanjutnya. Lagipula, sangat menyenangkan membuat orang berpikir berulang-ulang sementara aku mengetahui semuanya.

Sebenarnya aku tidak dekat dengan siapa-siapa di kota ini selain Rena dan Sergei tetapi Rena sendiri cukup dekat dengan Brady dan apalagi salah satu orang yang kuselamatkan dari Tikus Pasir adalah saudaranya. Tak heran kenapa bartender berkumis tebal satu ini sangat suka berbicara denganku.

Saat aku baru meneguk teh hangat yang baru tiba, dari luar terdengar suara torompet yang biasa ditiup oleh penjaga gerbang jika ada masalah besar. Karena penasaran, aku dan beberapa orang pengunjung melihat ke luar. Pasukan kerajaan Loria ditambah dengan anggota-anggota Scarlet Blade berlarian tergesa-gesa.

  "Kak Naia!!" panggil Rena yang berlari menghampiriku
  "Rena? Apa yang terjadi di luar sana?"
  "Undead!" jawab Rena singkat

Haha! Sepertinya sudah tiba waktunya....

Aku berlari mengikuti Rena menuju gerbang perbatasan Loria ke gurun sementara semua penduduk yang masih di jalanan berlari pulang ke rumah masing-masing dan mengunci semua jendela dan pintu mereka serta mematikan lampu mereka.

Aku melihat ke langit yang gelap. Awan hitam yang sangat besar menyelimuti kota ini. Gemuruh guntur dapat terdengar dari langit. Hehehehe.... Tidak salah lagi. Lich Arotigia.....

Pasukan pemanah, penyihir dan musketeer berlari ke atas tembok dan bersiaga sementara yang lain semuanya berlari ke luar sisi gerbang. Dari kejauhan, sesosok kerangka manusia mengenakan jubah hitam panjang dan tongkat yang terbuat dari tulang belulang berdiri di tengah-tengah jalan.

GLEDER! Kilat menyambar pepohonan di sekitar sosok itu. Semua orang gemetaran melihat sosok itu. Lich.... Penyihir-penyihir sakti yang telah menguasai ilmu necromancy.... Raja dan Ratu dari undead! Mereka adalah bukti hidup dari apa yang bisa dicapai oleh sekte necromancy dunia.

Aku pernah mendengar betapa saktinya Lich dari Oriane. Selain menguasai sihir yang sangat mematikan dan mengendalikan undead, mereka juga mampu menyerap kehidupan orang lain hanya dengan menyentuhnya.

Aura hitam pekat keluar dari tanah di sekelilingnya dan kedua lubang matanya mengeluarkan cahaya berwarna merah.

  "Hoi, gawat! Itu benar-benar Arotigia!" komentar salah satu pasukan Kerajaan Loria
  "Serius?! Kita benar-benar dalam masalah besar! Bagaimana caranya kita bisa melawannya? Kita tidak punya orang yang menguasai sihir suci di kota ini!" balas Rena sambil menepuk kepalanya dan menggigit jarinya

Sosok itu memukulkan tongkatnya satu kali di tanah.

  "Aku adalah Arotigia! Penguasa dari undead di wilayah bagian Barat provinsi Mirigan!" teriaknya dengan lantang. "SIAPA ORANG BODOH YANG SETIAP HARI MEMBUNUH PENGIKUT-PENGIKUTKU DAN MENANTANGKU?!"

Teriakan Arotigia yang sangat lantang menggelegar sampai di balik tembok. Semua orang mengambil langkah mundur. Heh! Aku tidak takut... Memang dari awal aku berencana untuk menemui penyihir itu. Aku tersenyum.

  "KALIAN MANUSIA ADALAH MAKHLUK-MAKHLUK MENYEDIHKAN! AKAN KUKUTUK KOTA INI!!!!"

Arogitia mengayunkan tongkatnya ke udara untuk sesaat kemudian membantingkan ujungnya pada tanah. Kabut tebal berwarna hijau mulai menyelimuti bagian kota ini. Semua orang disekitarku mulai panik dan takut. Mereka mulai berbisik untuk jangan kembali ke dalam kota karena takut akan terjangkit kutukan.

Huh... Kabut ini... Dia berencana untuk mengubah orang-orang di dalam kota menjadi undead secara perlahan? Heh, aku akui, dia pintar juga.

  "HAHAHAHA! SEKARANG SIAPA YANG BERANI MENANTANGKU?! LIHATLAH! KALIAN AKAN MENGERTI ARTI DARI PENDERITAAN! AKAN KUBUAT KALIANS SEMUA MENDERITA!!!"

Hahaha, tertawalah selagi kau bisa. Kurasa sudah waktunya untuk aku menyelesaikan tahap ke-2 dari rencanaku. Aku melangkah maju sambil menghunus pedang. Hehehe, aku merasa sangat bersemangat....

Melihatku maju sendirian, Arogitia menatapku dan mungkin saja aku sedang menjadi pusat perhatian semua orang yang di gerbang.

  "Hooooh, siapa ini? Apakah kau berani menentangku ya manusia? Kau benar-benar bodoh jika kau berani melawanku sendirian"
  "Aku memang bodoh, tapi aku adalah orang bodoh yang hari ini akan membunuhmu" balasku
  "Bah! Omong kosong! Aku tidak bisa mati!"
  "Tetapi tidak dari kematian itu sendiri" sambungku sambil tersenyum

Aku melepaskan penutup mata kiriku dan membuka mata kiriku. Aku bisa melihatnya.... Dia akan menggunakan mantra kutukan ke arahku. Aku akan tetap berdiri dan menghindar di saat-saat terakhir. Sangat mudah!

Arogitia terlihat sedikit kesal dengan ucapanku barusan. Aku bisa melihat energi hijau berkumpul pada ujung tongkatnya.

  "Kita lihat apakah kau itu hanya bermulut besar ataukah tidak" ucapnya. "Wahai kau manusia berambut putih dan.... yang memiliki sepasang mata yang berbeda! Dengan ini kukutuk untuk perlahan-perlahan membusuk!"

BLAARZZ!! Arogitia mengayunkan ujung tongkatnya padaku. Sebuah bola energi hijau besar berbentuk tengkorak manusia melesat ke arahku dengan cepat... Pfft, aku bisa menghindarinya. Saat aku sudah bersiap untuk menghindar, tiba-tiba saja ada seseorang yang maju ke depanku. HAH!? S-siapa dia?!

BLAR!!! Mantra kutukan itu mengenai orang yang di depanku dan dia terlempar ke belakang menabrakku. Aku juga terlempar ke belakang bersamanya. Blugrh! Aku mendarat di tanah dengan selamat sambil menggendong orang itu. S-siapa... !!!!!!

  "RENA!!" teriakku

Rena membuka kedua matanya sambil tersenyum lemas. Dia mengacungkan jempolnya padaku. Orang-orang maju untuk melihat kondisinya.

  "Heheh... Jangan ceroboh kak Naia..." ucapnya
  "B-BODOH! A-apa yang kau lakukan tadi?!" protesku
  "Melindungimu" jawabnya

Rena... Tidak.... Tidak~tidak~tidak.... Kenapa?! Kenapa?!?!?! KENAPA AKU TIDAK BISA MELIHAT PERGERAKANNYA DENGAN MATAKU?! Sial.... Dasar bodoh! Bodoh! Bodoh!!!!!

Dia terlihat sangat lemas dan pucat pada saat bersamaan. Kulit tangannya mulai membiru dengan cepat. Rena.... Kenapa kau melakukan ini? Kenapa pergerakanmu tidak bisa terlihat di mataku? Aku.... Cih.... Aku memegang erat tangannya yang mulai terasa dingin.

  "Rena.... Beristirahatlah sebentar" ucapku
  "Aku tidak apa-apa kok... Hahahah...." balasnya sambil tertawa lemas
  "Seseorang, tolong jaga dia!" teriakku
  "Aku akan menjaganya" ucap Sergei. "Tetapi... Kita tak bisa kembali ke dalam kota untuk sekarang... Setidaknya sampai Lich itu mencabut kutukannya. Semua yang masuk ke dalam kota sudah pasti akan menjadi undead juga!"

Mendengar itu Arogitia tertawa terbahak-bahak.

  "Kalau begitu biar kubantu kalian!" ucapnya. "Bangkitlah wahai pasukanku!" 

Banyak sekali prajurit tengkorak merangkak keluar dari dalam tanah. Aku bisa mendengar Arogitia tertawa terbahak-bahak melihat orang-orang di sekitarku mulai kebingungan apa yang harus dilakukan oleh mereka.

Cukup.... Cukup sudah.... Aku bangkit berdiri dan berjalan menuju Arogitia beserta pasukannya.

  "AROGITIAAA!!!!! AKU AKAN MEMUSNAHKANMU HARI INI JUGA!!!" teriakku dengan lantang

Aku mengalirkan sedikit kekuatan dari mataku dan menjulurkan tangan kiriku ke arah pasukan undead Arogitia. Aku memutuskan aliran energi milik Arogitia yang mengalir dalam pasukannya. Dalam sekejap, seluruh pasukannya berhenti bergerak dan tergeletak di tanah tak bergerak. Beberapa prajurit tengkorak bahkan langsung hancur berkeping-keping.

Arogitia terlihat terkejut. Dia mencoba memanggil arwah kelas tinggi; Specter dan Wraith untuk mencoba membunuhku. Aku mengalirkan sedikit energi magis dari mataku untuk memutuskan mantra yang mengikat arwah-arwah tersebut pada Arogitia kemudian aku menggunakan sihir suci "Exorcise" yang kudapat dari penyihir di Yorkville untuk mengirim mereka ke alam selanjutnya.

  "Ti-tidak mungkin...." ucap Arogitia tak percaya

Kini giliran aku yang tersenyum dan tertawa. Arogitia mencoba menyerangku dengan mantra kutukan tetapi aku bisa mematahkan semua mantra yang dilancarkannya padaku dengan mudah. Heh Arogitia... Kau itu tak lebih dari orang bodoh yang baru saja mendapatkan kekuatan itu.

Semua mantramu memiliki pola yang sama; mereka semua bisa dibatalkan atau dipatahkan dengan mengalirkan sedikit energi magis dan memutuskannya dari bawah kendalimu.

Arogitia dengan putus asa mencoba menyerangku dengan tongkatnya. Aku menghentikan tongkatnya dengan tangan kiriku lalu menancapkan pedangku pada dadanya.

  "Hah! Bodoh! Aku tak bisa mati!" ucapnya

Tidak... Kau lah yang bodoh! Aku mendekatkan wajahku dan menatap lubang matanya. Kilatan cahaya putih mengisi pikiranku untuk sesaat... Sukses! Aku telah menyerap semua ilmunya. Aku tahu dimana kau menyimpan phylacterrymu; jimat yang menjagamu tetap hidup.

Aku mencabut pedangku melemparkan tongkat Arogitia ke samping lalu memukul dadanya dengan tangan kiriku. Pukulanku cukup kuat untuk membuat lubang pada kerangka dadanya. Aku menggapai jimat kecilnya yang tersimpan di dalam dadanya.

Aku tertawa dan tersenyum lebar.

  "Ketemu" ucapku
  "Tidak mungkin! Bagaimana bisa?! Apakah kau..... R-Revealer?!"

Aku menendangnya menjauhiku. Aku meramas jimatnya dengan tangan kiriku. KRASH!!! Jimatnya pecah. Tubuh Arogitia yang sudah merupakan kerangka menjadi pasir. Dalam hitungan detik, dia tidak lebih dari tumpukan pasir.

Sesaat setelah aku mengalahkannya, kabut hijau yang menyelimuti bagian dalam kota hilang dan langit kembali menjadi cerah untuk malam hari. Aku menatap orang-orang yang berdiri di depan gerbang. Mereka semua menatapku dengan mulut terbuka... Mereka diam tak berkutik.

Aku tidak peduli dengan mereka... RENA!!! Aku segera berlari kembali dan memeluk Rena yang kondisinya semakin memburuk. Pupil matanya mulai menjadi pucat. Dia masih bernapas untuk sekarang.

  "O....Orang itu baru saja mengalahkan Arogitia kan?" tanya salah satu prajurit kerajaan
  "Dan dia melakukannya dengan sangat mudah..." sambung anggota Scarlet Blade

Rena hanya tersenyum melihatku.

  "Kak Naia, kau keren..." bisiknya dengan lemah

Tidak.... Tidak.... Aku tidak ingin kehilangan orang ini.... Tidak~tidak~tidak... Tidak akan pernah terjadi!

  "Sergei! Kau masih memiliki rumput biru?" tanyaku
  "Ah? Ya, kami menyimpannya di gudang" jawab Sergei
  "Keluarkan semua rumput biru yang kalian miliki! Tumbuk dengan merica dan campurkan dengan air! Ketika ramuannya sudah tercampur, masukan bunga Hea ke dalamnya. Ketika ramuannya berwarna biru, segera bagikan untuk semua warga yang terkena kutukan! Itu akan mematahkan kutukannya!"
  "Ba-bagaimana caranya kita bisa mematahkan kutukan hanya dengan ramuan?" tanya salah satu penyihir kerajaan yang berdiri di tembok
  "Kutukan gas tadi itu sebenarnya hanya gas beracun yang diberikan mantra untuk menargeti kalangan tertentu!" balasku

Sergei dengan sigap menganggukan kepalanya.

  "Jadi itu kenapa kau menyuruh kami membeli rumput biru. Kau sudah menduga ini akan terjadi" gumamnya. "KALIAN DENGAR DIA! SEGERA LAKUKAN! AYO KITA PULIHKAN KOTA INI LAGI!!!"


Sorakan dari orang-orang dapat terdengar mereka berlari masuk. Rena.... Cih.... Aku tidak kehilangan dirimu!

  "Apakah itu bisa digunakan untuk Rena juga?" tanya Sergei
  "Tidak.... Kutukan ini berbeda. Hanya ada 1 cara..." balasku
  "Hahaha.... Aku baik-baik saja. Setidaknya di akhir hidupku aku bisa melindungi kawanku" ucap Rena
  "BERISIK!" tegurku

Aku memegang erat-erat dan mencium tangannya.

  "Rena, dengar! Aku bisa membantumu mematahkan kutukan itu. Lich bangsat itu menanamkan sesosok spectre dalam dirimu. Aku akan menggunakan mantra sihir untuk membuat seluruh tubuhmu menjadi mati rasa untuk sesaat supaya mengejutkan Spectre tersebut. Saat dia terkejut, yang perlu kau lakukan adalah menolak keberadaanya dari dalam dirimu. Kau paham?!"
  "Menolak keberadaanya?" ucapnya kebingungan
  "Aku tahu kau bisa merasakan keberadaan asing dalam dirimu. Saat dia terkejut, kau memiliki waktu sekejap untuk merebut kembali kendali tubuhmu. Rebut kembali kendali tubuhmu itu dan dia pasti akan terlempar keluar dari tubuhmu lalu sisanya serahkan padaku" jelasku
  "Sekejap? Sepertinya aku tak akan bisa me-"

Aku menamparnya. Sergei terkejut melihatku menampar anggotanya tetapi pada saat bersamaan dia tak bisa melakukan apa-apa.

  "Rena! Aku tidak mau kehilangan dirimu! JANGAN COBA-COBA KAU MATI DIHADAPANKU ATAU AKU SENDIRI AKAN PERGI KE DALAM LUBANG NERAKA SEKALIPUN DAN MENYERETMU KEMBALI KE DUNIA INI! KAU PAHAM?!" bentakku
  "Ba-baiklah..."
  "AKU TIDAK DENGAR!!!"
  "Baik kak Naia!!!" balasnya masih lemah
  "Bagus!"

  Aku sudah kehilangan Oriane... Aku tidak mau kehilangan Rena... Aku tidak mau! Akan kulakukan apapun supaya menjaganya tetap hidup. Aku mengalirkan sedikit energi dari mata kiriku ke tubuh Rena. Dalam sekejap, tubuh Rena tak bergerak dan dia menjadi tidak responsif untuk sesaat.

Ayolah Rena.... Ayolah! Kau bisa melakukannya! Ayolah!!!!

Aura hitam pekat keluar dari sekujur tubuh Rena. Sesosok Specter melayang keluar. Saking terkejutnya Sergei melangkah mundur untuk sebentar dan menghunus pedangnya. Aku mengambil pedangku yang tergeletak di sampingku dan dengan cepat menikam spectre itu tepat pada bagian kepalanya.

  "WAAAARRRRRRGGHHHHH!!!!!!"

Spectre ini mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring dan kuat sebelum sekujur tubuhnya terbakar dengan api biru dan akhirnya menghilang.

Rena langsung batuk-batuk dan berdiri sambil melihat-melihat tangannya. Kondisi badannya menjadi normal. Kulitnya tidak lagi biru dan matanya telah kembali seperti biasa. Aku tersenyum dan menyimpan pedangku kembali pada sarungnya.

Sergei terdiam karena kagum. Rena melompat-lompat kegirangan melihat tubuhnya kembali normal.

  "Yeeeiiii!!!" teriaknya dengan senang. "Kakaaaakkk!!!!"

!!!

Dia berlari dan langsung memelukku. Aku langsung memeluknya juga. Rena, ahahahah.... Aku tahu kau bisa melakukannya! Aku tahu kau itu wanita tangguh! Sergei tertawa bahagia melihat anggotanya telah pulih kembali. Dia bertepuk tangan sebagai rasa kagumnya.

  "Naia... Kau benar-benar seorang pahlawan!" ucapnya

Pahlawan? Aku terdiam sebentar. Aku mengingat kembali apa yang kulakukan di Yorkville. Aku telah membunuh banyak orang dan menyiksa mereka.... Bahkan aku sangat senang bisa menyiksa orang.... Apakah aku pantas disebut pahlawan? Kurasa tidak.... Aku hanya tersenyum saja.

Tidak ada yang namanya pahlawan di dunia ini.... Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.

Rena sangat larut dalam kegembiraan. Dia bahkan sampai menangis. Krow tiba-tiba saja mendarat di kepalaku. Dia memberikan penutup mata kiriku yang dengan paruhnya. Aku melepaskan pelukanku dan mengambil penutup mataku.

  "Terimakasih Krow" ucapku
  "Krow! Syukurlah kau baik-baik saja!" ucap Rena

Baiklah cukup untuk waktu bahagia... Aku masih punya banyak hal yang harus kukerjakan. Sekarang aku sudah memiliki pengetahuan dan kekuatan lebih tentang necromancy. Siapa sangka Arogitia ternyata menguasai banyak hal tentang hal mengenai necromancy tetapi pola mantranya semuanya sama? Hah, aku akan bermain-main sedikit dengan formula mantranya nanti.

Sekarang aku tahu persis cara untuk membangkitkan undead yang memiliki ingatan... Aku memerlukan seseorang yang memiliki kekuatan emosional yang sangat kuat. Aku tahu persis lokasi dari 1 orang yang bisa masuk daftar kunjunganku; Jendral Emeric dari Kerajaan Loria...

Heh, dia adalah seorang pemimpin kavaleri yang luar biasa dan juga seorang petarung yang gigih dan sangat loyal pada kerajaan Loria. Aku pernah ingat di buku sejarah, dia pernah gugur dalam pertempuran di gurun pasir perbatasan Arymania dan Loria. Jika aku tak salah, pasukannya dikepung dan dia dikhianati oleh adiknya sendiri. Aku sangat yakin dia pasti sangat marah atas kejadian itu. Aku hanya bisa berharap kemarahannya sangat hebat hingga masih meninggalkan aura kebencian pada tempat dimana dia dibunuh.

Beruntungnya aku, lokasi dimana dia dibunuh adalah bekas sebuah medan perang selama beberapa abad. Selain mendapatkan banyak pasukan tambahan, aku bisa mendapatkan seorang jendral dalam jejeran pasukanku untuk memimpin. Sempurna... Tetapi semua itu tidak cukup.... Masih sangat tidak cukup untuk melawan seluruh kerajaan. Lebih! Aku harus punya lebih banyak lagi! Akan kupikirkan langkah-langkahku selanjutnya nanti.

************

  Aku menyempatkan diriku beristirahat selama 2 hari lagi di kota Mirigan. Aku akui, tidak ada minuman seenak minuman dari kota ini. Kondisi kota ini mulai membaik pasca serangan dari Arogitia.

Malam hari ini, di bawah bayangan bulan. Aku pergi meninggalkan kota ini. Tujuanku selanjutnya? Situs bersejarah di padang gurun perbatasan Loria-Arymania yang disebut "Medan Perang Pasir Berdarah". Semoga saja kebencian dari jendral Emeric masih membara....

Saat aku melewati gerbang, aku kembali berpikir tentang Rena. Ketika dia menghalangi serangan dari Arogitia.... Kenapa aku tak bisa melihatnya? Padahal aku bisa melihat dengan jelas semua pergerakan di sekitarku jadi seharusnya jika dia akan bergerak, aku bisa melihatnya... Tetapi kenapa aku tak bisa melihatnya ya? Hmn.... Benar-benar menarik.

  "Kaaaak!!!!"

Krow berkicau dari atas udara. Aku mengulurkan tanganku ke depan untuk tempat mendarat bagi Krow. Dia mendarat di tanganku sambil menggaruk-garuk bagian dalam sayapnya.

  "Sudah kau berikan surat perpisahanku pada Rena?" tanyaku
  "Kaaak!!!"
  "Sempurna. Terimakasih Krow..."

Aku mengelus-ngelus kepalanya. Aku berbalik untuk melihat gerbang kota ini lagi. Rena... Entah kenapa, kau berhasil membuatku menjadi sangat peduli denganmu. Mungkin karena kau memiliki sejumlah sifat yang membuatku teringat kembali pada kawan lamaku...

Dan mungkin juga karena kau takut kesepian setelah semua partnermu terbunuh ketika bertugas. Rena, jaga dirimu baik-baik. Jika kau sampai mati, aku rela pergi ke alam lain dan menyeretmu kembali ke dunia ini.

Aku berbalik badan dan berjalan meninggalkan kota ini. Aku sudah maju selangkah lagi untuk menjatuhkan kerajaan Arymania. Oriane... Kawan-kawanku.... Tunggulah.... Akan kubalaskan dendam kalian semua. Kerajaan Arymania... AKAN RUNTUH!!!

************
Bersambung

   Episode selajutnya,

   "Kebangkitan dari yang mati. Suara-suara raungan mereka memecahkan keheningan malam dan membawa kegelapan pada waktu siang. Kehadiran mereka adalah sebuah dosa bagi yang hidup. Membawa dan meninggalkan aura mengerikan kemanapun mereka pergi. Terikat pada yang membangkitkan mereka, loyal dan siap sampai titik darah penghabisan..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar