Minggu, 31 Juli 2016

Aku Tak Ingin Melindungi Dunia Ini Part-1

  Episode sebelumnya! Aku adalah Aone, reinkarnasi dari Dewi Kehidupan Airyn. Penyamaranku sebagai manusia telah dibongkar oleh sekte Planare. Beruntung aku secara tak sengaja bertemu dengan seorang laki-laki aneh bernama Zein Ford.

Dia sedikit eksentrik tetapi benar-benar bisa kuandalkan. Petualangan kami akan segera dimulai!

  "Sudah kubilang untuk jangan memanggilku eksentrik! Lagipula kau berbicara pada siapa?!"




***************
Aku Tak Ingin Melindungi Dunia Ini
Part-1
Dewi Kehidupan dan Sendal!

  Desa Fulgilin, sebuah desa kecil dari Kerajaan Multina. Desa kecil yang terkenal karena tambang mineral Fulgilin yang sering digunakan untuk pembuatan baju perang yang tahan api. Tidak heran jika rata-rata mata pencaharian di desa ini adalah penambang atau ahli pembuat senjata.

Aone dan Zein tiba di desa ini setelah menumpang pada segerombolan petualang yang berniat membeli dan memperbaiki perlengkapan di desa ini.

Zein dan Aone langsung melihat papan pengumuman di tengah-tengah desa untuk memeriksa apakah ada permintaan yang tertera.

Aone masih menangis tersedu-sedu sementara Zein mencoba fokus membaca satu per satu kertas-kertas pengumuman yang tertera pada papan kayu ini. Aone masih sedih karena Zein secara tak sengaja membakar sendal miliknya.

  "Hiks.... Hiks..." Aone mencoba menahan tangisnya
  "Oi... Sampai kapan kau akan terus menangis? Berhentilah menangis, pandangan perempuan-perempuan di sekitar sini menjadi dingin padaku" keluh Zein
  "Habisnya... Hiks...."

Aone melihat pada kakinya yang mengenakan sendal yang terbuat dari tumpukan jerami di kandang kuda. Kedua kakinya terasa sangat tidak nyaman mengenakan sendal buatan Zein. Setiap kali melangkah, kedua telapak kakinya terasa seperti sedang ditikam oleh jerami. Memang tidak akan berbahaya, tetapi benar-benar tidak nyaman.

Zein hanya diam menatap sendal buatannya yang diberikannya pada Aone sebagai sendal sementara sampai mereka punya uang untuk membeli sendal.

  "Apa boleh buat...  Bertahanlah sedikit lagi dengan sendal itu. Aku berjanji aku akan membelikanmu sendal yang lebih baik" bujuk Zein
  "Bu-bukan itu.... Kakiku benar-benar merasa tak nyaman"
  "Ya~ya aku tau"

Zein kembali memfokuskan pikirannya pada papan pengumuman. Ada sejumlah perkerjaan yang tertera pada papan tersebut. Dia memikirkan dengan matang apakah dia dan Aone mampu melaksanakannya ataukah tidak.

Zein tahu persis kemampuannya sampai dimana tetapi dia sama sekali belum mengetahui kemampuan dari Aone karena mereka baru saja mengenal satu sama lain selama 2 hari.

Secara fisik, Zein memang kuat tetapi Aone yang memiiki fisik seperti anak kecil 12 tahun benar-benar tidak kuat dan sangat cepat sakit.

  "Menyingkirkan serigala-serigala yang menyerbu tambang sebelah Timur? Hadiahnya lumayan.... 1 keping emas dan 450 perak. Tapi jika bayarannya semahal ini berarti ada banyak serigala juga di sana..."

  Mata uang dunia ini terbagi menjadi 2; Emas dan Perak. Perak adalah mata uang paling umum yang dapat dijumpai hampir di setiap kalangan sementara emas adalah mata uang paling berharga yang biasanya dapat dijumpai pada dompet-dompet kalangan elit atau ksatria atau tentara bayaran.

100.000 perak = 1 emas.

Zein sebagai pengembara yang serba kekurangan uangnya tidak pernah lebih dari 100 perak. Aone kehilangan sebagian besar uang miliknya ketika melarikan diri dari sekte Planare. Dengan kata lain; mereka berdua sekarang benar-benar melarat.

Harga 1 sendal yang dipikirkan oleh Zein kira-kira 400 keping perak. Biaya makan mereka jika hemat dalam 1 hari bisa berkisar sekitar antara 50-100 keping perak. Jika hemat, bisa 30 keping perak. Itupun belum menghitung biaya penginapan yang bisa sampai 200 perak.

Kalau dalam desa ini, Zein memperkirakan biaya hidup mereka akan memakan kira-kira 700 keping perak. Berarti mereka minimum harus menyelesaikan pekerjaan yang hadiahnya minimum 700 keping perak. Masalahnya, untuk pekerjaan yang memiliki hadiah sebesar itu biasanya lumayan susah untuk dilakukan seorang diri.

  "Hmn? Apa ini?" Aone menunjuk pada salah satu kertas yang tertera
  "Sejumlah Slime liar terlihat membuat sarang di sebelah Barat desa. Tolong singkirkan sarang mereka. Hadiahnya 700 keping perak. Harap bawa bukti jika kalian tidak berbohong" gumam Zein
  "Zein, Slime itu apa?"
  "Kau tidak tau?"
  "Tidak... Aku tidak tahu banyak tentang dunia ini" jawab Aone terlihat sedikit malu
  "Slime itu... Makhluk berlendir menjijikan yang memakan apa saja. Jika kau termakan, kau akan dipenuhi lendir yang bau lho"

Aone langsung merinding mendengar itu. Dia awalnya mengira jika Zein hanya mencoba menakut-nakutinya tetapi dilihat dari ekspresi Zein, dia sepertinya tidak berbohong.

  "Kita hanya... Perlu menyingkirkan sarangnya kan?" tanya Aone sedikit gemetaran
  "Ya, tapi masalahnya kenapa tidak ada orang yang menerima pekerjaan ini? Slime memakan waktu berminggu-minggu untuk membuat sarang... Ini adalah pekerjaan yang mudah"
  "Um... Mungkin semua orang benci bau mereka?" gumam Aone
  "Mungkin... Ayo kita pergi Aone"
  "Menuju sarang mereka?"
  "Tidak... Kita pergi ke hutan di sebelah Barat daya"

Aone mengedipkan matanya beberapa kali. Dia memang tidak tahu banyak tentang dunia ini meskipun dia adalah Dewi Kehidupan.

  "Eh? Eeeeh?! Kenapa kita harus ke sana?" protesnya
  "Aku lapar... Kita berdua belum makan dari kemarin kan? Uang kita juga tidak akan cukup untuk membeli makanan" jawab Zein memegang perutnya
  "Be-benar juga..."

Aone memegang perutnya yang mulai keroncongan. Tetapi apa yang mereka dapatkan dari hutan? Pikir Aone dalam hati sambil menatap Zein. Zein hanya tersenyum dengan penuh percaya diri.

  "Tenang saja, aku punya rencana"

Melihat senyuman Zein yang penuh dengan percaya diri, Aone menanggukan kepalanya. Dari penampilannya yang sederhana, orang ini memang terlihat tidak bisa diandalkan tetapi saat Aone kembali mengingat bagaimana Zein bertarung, Aone merasa dia bisa mempercayai orang yang asal-usulnya bahkan masih belum begitu jelas untuk Aone sendiri.

Zein memberikan Aone sebuah tongkat kayu kecil yang entah kapan sudah dipegangnya dari tadi pada Aone.

  "Ini, untuk berjaga-jaga" ucap Zein
  "Apakah tongkat ini kuat? Terlihat seperti dahan kayu yang mudah patah" balas Aone
  "Yah... Apakah tinjumu jauh lebih kuat dari kayu ini? Lagipula, aku tak bisa membiarkan anak kecil memegang senjata sungguhan"
  "A-aku bukan anak kecil!!!" protes Aone

************

   Hutan sebelah barat daya desa Fulgilin selalu dipenuhi oleh sejumlah hewan liar yang jinak pada manusia. Setelah memasuki hutan selama beberapa menit, Zein sepertinya menemukan tempat yang bagus untuk berburu.

Meskipun di sekeliling mereka hanya ada pepohonan, Aone hanya bisa penasaran rencana apa yang dimiliki oleh Zein.

Aone sendiri memang reinkarnasi Dewi Kehidupan Airyn tetapi dia sama sekali tidak mengetahui apa-apa selain pengetahuan umum. Dia merasa sedikit minder dekat-dekat dengan Zein yang tampaknya mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini.

  "Aku memang tak mengerti apa-apa tentang berburu, jadi apa yang kita lakukan?" tanya Aone penasaran
  "Hmnghh...." Zein menggaruk kepalanya. "Aone, bisakah kau tetap di sini sebentar? Perutku terasa... Mulas"
  "Eh?! Sekarang?!"
  "Hngh.. Ya... Aku tidak akan lama!"

Sebelum Aone bisa bertanya lebih lanjut, Zein sudah berlari menghilang entah kemana dengan tangan di perutnya. Wajahnya sempat terlihat pucat.

Aone menghembuskan nafasnya sambil menatap sekelilingnya dengan gelisah. Dia memang Dewi Kehidupan yang memiliki kekuatan magis yang luar biasa tetapi fisik manusianya ini sangat lemah.

Dia merasa senang bisa melihat tumbuhan-tumbuhan di sekelilingnya tumbuh dengan subur dan juga bisa menghirup udara yang terasa sangat segar. Tetapi pada saat bersamaan dia juga merasa gelisah dengan fisiknya yang lemah. Apa yang terjadi jika monster datang saat Zein sedang mengurus urusannya? Apa yang bisa dilakukannya seorang diri?

Aone menunggu dan menunggu dan terus menunggu selama lebih dari 2 jam tetapi Zein masih juga belum kembali. Aone semakin merasa gelisah dan mulai berpikir jangan-jangan Zein berniat meninggalkannya di dalam hutan ini sendirian. Memang dia sepertinya adalah orang baik tetapi siapa tahu? Mereka baru saja mengenal satu sama lain selama 2 hari.

  "Apa dia benar-benar seperti itu? Eeemm.... Tidak~tidak.. Dia adalah tipe orang yang tak bisa dinodai hatinya oleh pengaruh dari iblis.... Tetapi kenapa aku merasa ada yang aneh darinya?" gumam Aone pada dirinya sendiri

KRESEK! Grrr.....

  Suara raungan dari hewan buas dapat terdengar dari belakang Aone. Saat dia melihat ke belakangnya, sesosok laba-laba berkepala macan merayap mendekatinya. Ukurannya sama besar dengan orang dewasa dan monster ini terlihat kurang bersahabat dan meraung pada Aone.

Aone menatap tongkat kayu yang dipegangnya. Apakah tongkat kayu ini bisa benar-benar melawan monster ini? Pikir Aone. Aone menarik napas dan mengumpulkan segenap keberaniannya untuk menghadapi monster ini sendirian. Dia sadar dirinya tak bisa selamanya harus bergantung pada Zein.

  "Baru pertama kalinya aku merasa gemetaran dan penuh ragu-ragu seperti ini... Apakah seperti ini kondisi seorang manusia ketika dia ketakutan? Sama seperti saat aku berhadapan dengan anggota Planare" gumam Aone dalam hati

Aone mengambil selangkah mundur sambil mengeratkan genggaman tangan kanannya yang memegang tongkat kayu.

  "Jika melawan monster ini aku tak bisa, maka bagaimana caranya aku akan bisa menyegel kembali raja iblis?" Aone menutup kedua matanya sejenak. "Lagipula aku belum benar-benar terbiasa dengan wujud manusia... Aku harus bisa mengalirkan seluruh kekuatanku dalam wujud ini, tak peduli apapun yang terjadi"

Aone menyentuh tongkat kayu yang dipegangnya dengan ujung jari tangan kirinya.

  "Cahaya, dengarkanlah suaraku ini... Aku, Dewi Kehidupan Airyn, memintamu untuk datang dan berkatilah senjata ini dengan kekuatan suci!"

Seiring dengan ucapan Aone, tongkat kayu yang dipegang tangan kanannya mulai mengeluarkan cahaya redup yang semakin terang. Saat Aone selesai mengucapkan mantranya, tongkat kayu yang dipegangnya dikelilingi oleh beberapa bola cahaya yang terbang memutari tongkat kayu tersebut.

Monster tadi hanya mengaum tanpa memahami apa yang terjadi sementara Aone mulai berlari menuju monster itu.

  "GEEAAAAAHH!!!!!"

Aone mengayunkan tongkat kayu itu pada arah monster dengan segala kekuatan yang dimiliki oleh tubuhnya yang mungil.

KLAK!

Tongkat kayu tetaplah kayu.... Hanya dengan satu ayunan saja, tongkat kayu itu langsung patah. Cahaya yang mengelilingi tongkat itu hilang dalam sekejap. Monster yang diserang Aone hanya diam, terlihat kebingungan apa yang dilakukan oleh Aone.

Aone menelan ludah dan langsung keringat dingin. Dia menatap monster itu kemudian tersenyum gugup.

  "S-s...Setelah kupikir... Laba-laba berkepala singa itu ternyata lucu juga..." gumamnya
  "RRRAAAAAUUUUUUMM!!!"

Auman dari monster yang diserang Aone langsung membuat Aone memutar badannya dan berlari jauh lebih cepat dari sebelumnya karena sangat takut.

  "HUAAAAAAA!!! ZEIN! ZEEIIIIN!!!!!! TOLONG AKU! ZEEEIIIN!!!!!"

Aone bahkan tidak tahu dia sebenarnya berlari ke arah mana. Dia hanya terus berlari sambil terus-menerus berteriak memanggil Zein.

Keberuntungan sepertinya berpihak padanya kali ini, monster tadi terpleset sesuatu dan langsung terbalik. Sebelum monster itu bisa membalikan badannya, Zein secara mendadak keluar dari semak-semak dan menancapkan sebuah dahan pohon pada salah satu kaki monster laba-laba itu. Dalam sekejap, monster itu berhenti bergerak.

  "Fiuuh, sesuai dengan rencana" ucap Zein dengan bangga
   "Zeeein!!! Huaaaaa"

Aone memeluk Zein sambil menangis tersedu-sedu. Zein menepuk-nepuk kepala Aone.

  "Anak pintar, sekarang kita tak perlu khawatir soal kelaparan" ucap Zein

Aone melihat monster yang tadi mengejarnya sudah tak bergerak sedikitpun. Dia merasa sedikit lega tetapi masih takut pada saat bersamaan.

  "Zein, bagaimana caranya kau bisa membunuh monster itu?" tanya Aone yang masih sedikit gemetaran
  "Ah, kau tidak tau ya? Hutan ini dipenuhi dengan tumbuhan Leagla yang jika dahannya dicampur dengan kotoran manusia, akan mengeluarkan racun mematikan bagi monster spesies ini" jawab Zein
  "Oooh... Kau berbicara seperti kau sudah merencanakannya saja Zein"
  "Memang benar" jawab Zein singkat


  "Hmn? Tunggu dulu..." Aone melepaskan pelukannya dan menatap Zein untuk sesaat yang tersenyum lega. "Kau merencanakan semua ini dari awal?"
  "Ya, aku sengaja meletakan umpan dalam tas kecilmu itu untuk menarik perhatian monster itu dan sengaja membuang air besar untuk membuat senjata mematikan untuk melawan monster itu. Ide yang hebat kan?" tanya Zein
  "Zein!!!! Kau liciiik!!!!! Kenapa kau menggunakanku sebagai umpan?!"
  "Kalau monster itu melihat senjataku, dia tidak akan mau mendekatimu. Kau mau mati kelaparan hah dewi cengeng?"

Aone menghentakan kedua kakinya sambil menahan rasa kesal. Selama ini rupanya semuanya adalah bagian dari rencana Zein untuk memancing monster laba-laba berkepala singa.

  Setidaknya, rencana Zein berjalan mulus. Dengan cekatan, Zein menggunakan dahan pohon yang tajam yang bisa ditemukan di sekitar mereka untuk memotong dan mengambil daging dari monster itu.

Selagi Zein sibuk mengurus bagian mana yang bisa dimakan, Aone mengumpulkan ranting kering yang bisa dibakar dengan magic api.

Malamnya, mereka sudah menikmati daging panggang hasil buruan mereka dan juga air bersih yang dibuat dengan magic air milik Aone. Daging monster ini memang tidak seenak makanan di kedai makanan tetapi Aone dan Zein tidak komplain sama sekali karena hal terpenting bagi mereka adalah mereka bisa memuaskan nafsu makan mereka setelah tidak makan selama 2 hari.

Api unggun menjaga badan mereka tetap terasa hangat di malam di tengah-tengah hutan. Aone, yang tadinya masih marah pada Zein kini sudah mulai membaik. Sambil makan, dia terkadang melirik Zein yang sedang sibuk menuangkan sebuah cairan yang diambil mayat buruan mereka ke dalam semacam botol yang terbuat dari kulit hewan.

  "Hey Zein" panggil Aone
  "Uh-huh?" balasnya sambil terus menuangkan cairan yang diambilnya ke dalam botol
  "Kau benar-benar kreatif ya, kenapa kau bisa tidak punya uang?" tanya Aone penasaran
  "Aku tak punya izin untuk berdagang. Kau tau kan Kerajaan Multina sekarang adalah sekutu dari Kerajaan Geratopia. Perjanjian persahabatan yang ditanda tangani 10 tahun lalu benar-benar membuat ekonomi kedua Kerajaan tumbuh. Akibatnya, untuk menjadi pedagang saja harus memiliki izin dari Lembaga Keuangan Multina"

Kerajaan Multina... Ibukotanya adalah Kota Furadie; tujuan utama Aone. Aone masih ingat jika Kerajaan Multina memang musuh bebuyutan dengan Kerajaan Geratopia yang berada di sebelah Barat namun 10 tahun lalu, kedua Kerajaan mentandatangani perjanjian perdamaian karena kekuatan kedua belah pihak sama-sama kuat.

Kerajaan Multina, yang berfokus pada magic dan penyembahan Dewa/Dewi memiliki banyak sekali barang-barang unik berbau mistis sementara Kerajaan Geratopia memiliki banyak sekali pencipta mesin-mesin yang digerakan menggunakan magic namun karena kurangnya orang-orang yang bisa menggunakan magic dalam Kerajaan mereka membuat mereka terpaksa mencari alternatif lain.

Sekarang dengan bertemannya kedua Kerajaan ini, sektor ekonomi kedua kerajaan berkembang dengan pesat meskipun masih ada rasa ketidak percayaan diantara beberapa orang.

  "Oh! Dewi cengeng, apa kau sudah pernah mencoba sabun cuci tangan impor dari kerajaan Geratopia?" tanya Zein. "Mereka berhasil menciptakan produk yang mengeluarkan bau harum! Lebih bagus daripada sabun cuci tangan produk lokal!"
  "Hmn? Bicara soal cuci tangan... Zein, apa kau sempat mencuci tanganmu sebelum kau membuat makanan ini?" tanya Aone

Mendengar pertanyaan itu, wajah Zein langsung menjadi kusut. Melihat perubahan ekspresi wajah Zein, Aone langsung merasa ingin muntah.

  "Maaf... Aku lupa...."
  "KAU JOROK!!! KAU BENAR-BENAR JOROK!!!" protes Aone. "Teganya kau memasak makanan dengan tanganmu yang habis membersihkan bagian belakangmu itu!"
  "Hei! Anak kecil tidak boleh berbicara kotor seperti itu!" balas Zein
  "Aku bukan anak kecil!!!!!" gerutu Aone. "Kalau begini terus Leaper bisa-bisa ditegur oleh badan kesehatan!"
  "Apa yang kau bicarakan?! Leaper itu siapa?! Badan kesehatan itu apa?!"

************

  Pada larut malamnya Zein dan Aone tiba di sebelah Barat desa, dimana diduga sejumlah Slime telah membuat sarang. Karena sebelah barat desa Fulgilin adalah ladang rumput hijau yang sangat luas, sangat mudah bagi Zein untuk bisa menemukan lokasi dari sarang Slime. Apalagi sarang Slime adalah sekumpulan tempat berlendir yang mengeluarkan cahaya.

Zein dan Aone, masih berdiri beberapa meter dari sarang Slime. Kilauan cahaya-cahaya kecil dari gumpalan-gumpalan lendir di dalam sarang slime membuat Aone merasa penasaran tetapi pada saat bersamaan, jijik karena baunya yang sangat menyengat.

Sejumlah Slime terlihat bergerak kesana-kemari di dalam sarang mereka. Meskipun mereka memang dikenal sebagai monster terlemah, tetapi mereka sangat bau dan sering mengganggu pejalan atau pedagang yang tak bersenjata dan juga sering memangsa hewan ternak. Slime yang lebih besar terkadang memakan orang hidup-hidup.

  "Uuuuhhh... Bauuu" keluh Aone menutup hidungnya. "Zein, bagaimana cara kita memusnahkan sarang ini?"
  "Api" jawab Zein singkat
  "Kalau begitu biar aku gunakan kemampuan ku unt-"
  "Jangan sekarang Aone"

Aone menatap Zein dengan heran. Apakah Zein memiliki rencana lain?

  "Slime itu mudah dimusnahkan tetapi yang menggangu pikiranku adalah kenapa tidak ada orang yang mau mengambil pekerjaan ini bahkan jika bayarannya sangat mahal" ucap Zein
  "Uuuh, siapa yang peduli? Kita hanya perlu memusnahkan sarangnya kan?" tanya Aone
  "Memang benar, tapi aku ingin tau kenapa orang-orang tak mau mengambil pekerjaan ini" jawab Zein
  "Lalu bagaimana ini Zein? Aku mengantuk dan aku juga tak tahan baunya"
  "Berhentilah merengek, kau ini dewi kan? Kenapa kau tak gunakan kekuatanmu untuk mencari tau apakah ada yang aneh dengan sarang ini"

Aone menggelengkan kepalanya sebagai tanda penolakan.

  "Aku tidak punya kekuatan seperti itu! Lagipula jika entah bagaimana aku melakukannya, aku tidak akan tahu apa yang aneh dengan sarang ini"

Zein hanya menepuk kepalanya sambil berkata dalam hati "Dewi ini tidak berguna...". Dia mengambil sebuah batu yang ada di dekatnya kemudian melemparkannya ke dalam sarang Slime. Tak lama kemudian sejumlah slime merayap keluar.

Makhluk berlendir tanpa mata dan wajah yang berjalan lambat ini membuat Aone merasa sakit perut hanya dengan melihatnya. Aone bukannya takut, dia hanya merasa jijik dan mulai berpikir apakah dia benar-benar telah memberikan pemberkatan pada makhluk ini sebelum dia berenkarnasi menjadi manusia?

Zein terlihat sangat santai tetapi pada saat bersamaan sangat serius memperhatikan slime-slime yang datang. Sementara Aone mulai menggenggam tongkat kayu yang diberikan oleh Zein sesaat sebelum mereka meninggalkan hutan

  "1... 2... 3... 20... 21...." gumam Zein menghitung jumlah slime yang datang
  "Hey, Zein... Aku hanya penasaran, kenapa sarang Slime mengeluarkan cahaya-cahaya kecil?"
  "Entahlah, mereka pada dasarnya sarang mereka terbuat dari kotoran mereka yang sebenarnya merupakan apapun yang mereka kunyah hanya saja dipenuhi dengan gumpalan lendir" jawab Zein. "Mungkin mereka memakan permata atau semacamnya..."

Mendengar jawaban tadi, Aone berpikir dia mungkin sudah tahu kenapa Zein tak ingin membakar sarang slime ini; kemungkinan ada barang-barang dengan nilai jual tinggi yang dimakan oleh slime.

Dengan penuh percaya diri, Aone bersiap-siap untuk menyerang. Dia tidak merasa takut karena badan slime pada dasarnya sangat lembek dan seandainya jika terjadi hal-hal buruk, Zein bisa menyelamatkannya secara langsung.

  "Ooooh... Aku paham kenapa tidak ada yang mau mengambil pekerjaan ini" ucap Zein
  "Karena bau dan jumlah slime?" tanya Aone mencoba menebak
  "Tidak, kau lihat slime yang itu?"

Zein menunjuk pada sebuah slime besar yang dengan jelas bisa terlihat mengandung sebuah mantel merah di dalam tubuhnya.

  "Uuuh... Yang itu? Apa dia sedang memakan sesuatu?"
  "Ya, aku kenal logo pada mantel itu. Logo pasukan Kerajaan Flarence; musuh bebuyutan Kerajaan Multina" jawab Zein
  "Aku tak mengerti... Jadi apakah manusia di desa Fulgilin semuanya takut pada mantel?"
  "Bukan... Siapapun yang memegang mantel Kerajaan Flarence akan dicurigai sebagai mata-mata dari Kerajaan Flarence dan langsung akan dieksekusi. Aku yakin pada saat ini pasti ada seseorang dari desa yang mengawasi kita dari kejauhan"

Aone tidak begitu memahami akan hubungan politik suatu Kerajaan dengan Kerajaan lain tetapi sekarang Aone semakin yakin untuk menyerang slime.

  "Aaaah, sialan, kuharap sarang slime ini memiliki barang berharga lain yang bisa dijual.... Kalau begini, kita hanya perlu membakarnya sa-"

Aone sudah berlari menuju slime terbesar; bukan yang memakan mantel merah tetapi di sebelahnya, ada satu slime yang ukurannya jauh lebih besar. Sambil berlari, Aone meletakan jari telunjuk kanannya pada ujung tongkat kayu yang dipegangnya. Tongkat kayu itu mulai mengeluarkan cahaya yang sangat terang.

Zein hanya bisa diam menatap Aone karena kagum, bukan pada kekuatan yang ditunjukan Aone, tetapi pada sifat Aone yang langsung maju tanpa berpikir.

  "Lihatlah kekuatan dari Dewi Kehidupan! Penghakiman dari Dewi Kehidupan!!!!" teriak Aone untuk membakar semangatnya

Aone mendorong tubuhnya yang mungil untuk menikam slime terbesar yang ada di tepi sarang. JLUB! Aone melupakan 1 hal penting; slime itu lembek. Alhasil, bukannya menikam, dia malah langsung masuk ke dalam tubuh slime. Dengan kata lain; termakan hidup-hidup.

  "Wow.... Luar biasa sekali Dewi Kehidupan ini ya.... Mengorbankan dirinya untuk membeli waktu bagiku untuk berpikir apakah keputusanku untuk pergi bersamamu ini adalah keputusan yang benar ataukah tidak" ucap Zein dengan nada meledek
  "Zein... Blurbb... Toroonng....!" teriak Aone

Zein menepuk wajahnya sendiri dengan tangannya sambil menghela napas. Dengan santai dia berjalan melewati slime-slime kecil yang sedang merayap ke arahnya. Dia mengambil botol dari kulit hewan yang digantung pada pinggang sebelah kanan dan membuka penutupnya. Dia menyiramkan isi botol itu pada slime yang memakan Aone dan menyiramkan ke sekeliling sarang.

Zein menunduk untuk mengeluarkan korek api dari dalam sepatunya, dia menyalakan korek itu dengan cara menggosokan ujungnya pada sepatunya kemudian melemparkannya ke arah Slime yang memakan Aone.

Slime yang memakan Aone mulai terbakar. Aone langsung menjadi panik.

  "Eh?! Zeeein!! Blurrb.... Kau bisa blurrbrb.... membunuhku!!!!" teriak Aone
  "Tenang saja, kau akan terlalu berlendir untuk terbakar" jawab Zein dengan santai

Zein berjalan kembali ke tempat awalnya. Api menyebar dengan cepat ke seluruh sarang slime. Slime yang memakan Aone merayap secepat mungkin keluar dari sarang tetapi semakin terbakar dan mencair menjadi genangan air, sekaligus melepaskan Aone.

Aone menghela napas dan menangis histeris. Zein datang mendekatinya dengan santai.

  "Zeein... Hiks, terimakasih! Hik... Terimakasih! Kau benar-benar menyelamatkanku!!! Hiks...." tangis Aone
  "Dasar cengeng...." gerutu Zein
  "Huuaaa, bagaimana ini? Aku telah ternodai..... Apa yang akan terjadi jika penyembah Dewi Kehidupan melihatku? Huaaaaa.. Hiks..."
  "Mereka tidak akan percaya jika kau itu Dewi Kehidupan Airyn lho" ledek Zein

Aone langsung memeluk Zein dan menangis. Zein terkejut dan mencoba mendorong Aone menjauh tetapi Zein tidak begitu tega untuk mendorongnya secara paksa.

  "Huaaa, Zeeein, terimakasih! Kau benar-benar menyelematkanku lagi! Hiks..." ucap Aone
  "H-hoi... S-sudahlah! Jangan peluk aku! Lendir dari slime masih menempel padamu"
  "Tapi kan... Hiks... HUAAAAAA!!!"
  "Kalau kau terus menangis, aku akan melemparmu ke dalam api!" ancam Zein
  "Hiks.. Jahat!"

*************

  Keesokan paginya di pemandian air panas desa Fulgilin, Aone merasa sangat lega setelah berendam di air panas dan setelah pakaiannya dicuci di tempat yang sama sebagai salah satu bentuk layanan pada konsumen.

Uang yang mereka dapat dari "misi" mereka semalam sebesar 1 keping emas; lebih dari cukup untuk menutupi kebutuhan untuk membeli sendal untuk Aone dan hidup seperti manusia biasa untuk 1 hari. Aone yang waktu itu masih dipenuhi lendir slime langsung menuju pemandian air panas sementara Zein mengatakan dia memiliki urusan lain yang harus diselesaikan dulu.

Saat mengeringkan rambutnya dengan handuk, Aone berpikir sejenak dan merefleksikan kehidupannya yang sekarang.

  "Kukira kehidupan seorang manusia itu... Membosankan dan datar. Ternyata manusia juga memiliki kesulitan untuk hidup..."

Dulunya dia hanya berada di singgarsananya dan memberikan pemberkatan bagi siapapun yang memintanya dan bahkan sempat merasa sedikit kesal karena terkadang permintaan yang diajukan manusia sangat berlebihan. Sekarang, dia benar-benar merasakan sedikit dari kehidupan manusia bersama Zein.

  "Takut akan kematian... Khawatir tentang hari esok... Mengorbankan kehidupan lain untuk tetap bertahan hidup... Aku berjanji tidak akan komplain lagi terhadap permintaan dari manusia"

Setelah berganti pakaian, Aone berjalan menuju pintu masuk pemandian air panas, dimana Zein menunggunya.

  "Bagaimana? Merasa baikan?" tanya Zein
  "Ya!"

Zein tersenyum. Dia mengeluarkan sebuah sendal yang sangat bagus dari dalam kantong plastik yang dipegangnya lalu memakaikannya pada Aone. Aone hanya tersenyum sambil mencoba menebak manusia ini yang menurutnya memiliki sifat yang menarik; terkesan tidak peduli, tidak bisa ditebak dan sangat kasar tetapi pada saat bersamaan merupakan orang yang baik.

  "Terimakasih Zein" ucap Aone
  "Hmn? Untuk apa?" tanya Zein sambil berdiri
  "Karena... Sudah membelikanku sendal baru"

Aone melihat sendal barunya, sendal berwarna ungu yang memiliki motif bunga hiasan. Zein hanya menggaruk kepalanya. Orang-orang di sekitar mereka berbisik-bisik jika Zein merupakan seorang kakak yang baik.

  "Yah.. Aku sudah berjanji kan? Aku adalah orang yang menepati janji" jawab Zein. "Untuk hari ini, kita istirahat dulu, aku akan mencari transportasi bagi kita untuk menuju desa selanjutnya"

Aone hanya tersenyum. Ini mungkin adalah awal dari sebuah kisah panjang untuk mengalahkan raja iblis dan menyegel kembali iblis ke dalam alam kehancuran, seperti itulah pikirnya.

*************
Bersambung

  Bagian selanjutnya! Setelah berhasil mengalahkan sejumlah monster, kami akhirnya memiliki cukup uang untuk hidup secara layak meski hanya untuk 1 hari saja!

Uhmn, aku sendiri tak yakin apa yang akan terjadi pada episode selanjutnya, semuanya tergantung dari apa yang direncanakan oleh Zein.

  "Oi Dewi cengeng, kau berbicara pada siapa?"

A-aku tidak cengeng!!! Aku hanya tidak tahu kita akan kemana selanjutnya! Aaaah, pokoknya, episode selanjutnya! Si Jenius Senjata!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar